lagu di Album Deadbeat Tame Impala

12 Lagu di “Deadbeat” Tame Impala: Curhat Lelah dari Dunia Ketenaran

Deadbeat Tame Impala jadi bukti kalau Kevin Parker jago bikin musik yang bukan cuma enak di telinga, tapi juga penuh cerita personal. Kali ini, Parker bawa kita balik ke vibe bush doof—rave khas Australia Barat di era ’90-an—tempat semuanya bermula. 

Tapi di balik beat yang trancey dan synth yang dreamy, Deadbeat terasa lebih jujur dan lelah; kisah tentang seseorang yang sukses besar tapi mulai goyah menghadapi hidup rumah tangga, keraguan, dan rasa sepi di tengah sorotan. 

Lagu-lagu di Album Deadbeat Tame Impala dan Makna Baliknya

Lagu-lagu di Album Deadbeat Tame Impala dan Makna Baliknya

Setiap lagu di album ini punya lapisan cerita yang nyentuh, kadang absurd, kadang jujur banget. Yuk, kita bahas satu per satu lagu di Deadbeat Tame Impala dan maknanya!

1. My Old Ways – Menghadapi Bayangan Diri Sendiri

Album Deadbeat Tame Impala dibuka dengan lagu introspektif tentang rasa bersalah dan keinginan kembali ke masa lalu. “My Old Ways” terdengar seperti perjalanan waktu—dimulai dengan versi demo yang mentah, lalu berubah ke hi-fi, seolah Parker membuka pintu kenangan lamanya. Suara piano jazzy di sini terasa seperti pengantar untuk seluruh kisah kejatuhan diri di album ini.

2. No Reply – Tentang Menghindar dan Mengakui Kekurangan

Setelah refleksi di lagu pertama, Parker membawa kita ke suasana muram. “No Reply” menggambarkan dirinya yang terlalu lelah untuk bersosialisasi, memilih diam di rumah. Dengan beat lo-fi dan lirik “You’re a cinephile / I watch Family Guy,” lagu ini terasa lucu sekaligus menyedihkan—potret nyata dari seseorang yang sedang jenuh dengan dunia luar.

3. Dracula – Euforia yang Salah Tempat

Kamu tahu perasaan senang yang tiba-tiba terasa salah? Itu inti dari “Dracula.” Di lagu ini, Parker menertawakan dirinya yang berpesta saat seharusnya ada di rumah bersama keluarga. Beat boogie-nya catchy, tapi di baliknya tersimpan rasa bersalah dan pengakuan jujur dari seorang superstar yang kelelahan.

4. Loser – Menerima Kekalahan dengan Nada Psychedelic

Di lagu “Loser,” Parker berteriak jujur: “I’m a loser, babe.” Suaranya terdengar mentah dan frustrasi, apalagi dengan riff psychedelic khas Anatolia yang membungkusnya. Di akhir lagu, ada teriakan “Fuck!” yang terdengar spontan—seolah dia benar-benar menyerah pada emosinya sendiri.

5. Oblivion – Tenggelam dalam Ketidakjelasan

Masuk ke “Oblivion,” vibe-nya mulai kabur. Beat dembow yang lemah dan falsetto Parker yang melayang menggambarkan rasa kehilangan arah. Lagu ini seperti mimpi setengah sadar—penuh suara elektronik lembut yang baru menyatu saat chorus datang.

6. Not My World – Ketika Dunia Terasa Bukan Milikmu Lagi

Lagu ini kayak momen saat kamu melihat dunia berjalan normal, tapi kamu merasa terpisah darinya. “Not My World” menggambarkan Parker yang menyadari kehidupannya sudah jauh dari “realita biasa.” Suara elektronik yang berlapis dan lirik “Must be nice” terasa pahit, menggambarkan keterasingan yang tenang.

Baca Juga, Yah! 12 Lagu di ‘Avenoir Calum Scott’: Belajar Menatap Masa Lalu 

7. Piece of Heaven – Cinta, Keluarga, dan Penyesalan

Kali ini Parker lebih lembut. Di “Piece of Heaven,” dia menyanyikan kerinduannya terhadap anak-anaknya, dengan nada “I don’t know if I’ll be here / I guess that depends.” Sayangnya, lagu ini terdengar seperti kehilangan arah juga—campuran antara Enya dan pop ringan yang nggak sepenuhnya klik, tapi tetap terasa tulus.

8. Obsolete – Takut Ditinggalkan, Jadi Pergi Duluan

“Obsolete” adalah bentuk sabotase diri versi Kevin Parker. Dia menyadari kebiasaannya merusak hubungan sebelum ditinggalkan. Dengan sentuhan Spanish guitar dan riff pop yang menggoda, lagu ini menyembunyikan rasa getir di balik melodi manisnya.

9. Ethereal Connection – Melihat Langit di Tengah Hingar

Lagu ini jadi pusat spiritual album Deadbeat Tame Impala. “Ethereal Connection” berdurasi delapan menit dan mengajak kamu ke dunia rave—ritme empat per empat khas bush doof menggema, memberi sensasi trance yang intens. Ini momen Kevin paling eksperimental, saat musiknya benar-benar terasa bebas.

10. See You on Monday (You’re Lost) – Saat Inspirasi Hilang

Di sini, Parker terdengar seperti kehilangan semangat. Lagu ini minim energi, seolah memang dibiarkan kosong. Dengan suara synth yang samar dan aransemen ringan, “See You on Monday” terdengar seperti sketsa yang belum selesai—mungkin memang itu maksudnya.

11. Afterthought – Renungan Funky yang Menyelamatkan

“Afterthought” membawa sedikit kehidupan ke bagian akhir Deadbeat Tame Impala. Groove-nya funky dan mengingatkan kita pada “Is It True” dari The Slow Rush. Tapi di balik beat-nya yang catchy, tetap terasa reflektif—sebuah jeda untuk berpikir di tengah kekacauan.

12. End of Summer – Nostalgia di Ujung Musim

Album ditutup dengan nada bittersweet. “End of Summer” menggambarkan suasana pesta yang perlahan meredup, perpaduan antara euforia dan kesedihan. Dengan durasi tujuh menit, lagu ini seperti napas terakhir musim panas—hangat, tapi mulai dingin. Sebuah penutup yang tepat untuk album seintrospektif Deadbeat Tame Impala.

Baca Juga, Yah! 10 Lagu di ‘Soft LANY’: Lagi-Lagi Bikin Nangis

Saat “Deadbeat” Jadi Cermin Kejujuran Kevin Parker

Lagu-lagu di Album Deadbeat Tame Impala

Lewat album Deadbeat Tame Impala, Kevin Parker membuka sisi paling rapuh dari dirinya—jujur, lelah, dan penuh refleksi. Setiap lagu seperti potongan ingatan yang terserak, disusun dengan nada-nada dreamy khas Tame Impala. 

Di balik ritme bush doof dan lapisan synth yang menghipnotis, Parker menunjukkan bahwa ketenaran tak selalu berarti kebahagiaan; kadang justru jadi sumber sunyi yang sulit dijelaskan.

Kalau kamu, LemoList, suka ngulik makna di balik musik dan cerita emosional di setiap nada, Deadbeat wajib masuk playlist kamu. Yuk, lanjut jelajahi lebih banyak berita musik dan kisah menarik lainnya bareng Lemo Blue.