sinopsis Rosario (2025)

Rosario (2025): Sayang Cucu, Sayang Cucu! Sayang Cucu? 

ROSARIO datang membawa horor yang nggak cuma bikin kamu merinding, tapi juga mikir soal harga dari sebuah kesuksesan. 

Bayangin deh, kamu lagi hidup nyaman di kota besar, tiba-tiba harus balik ke apartemen lama buat ngurusin warisan keluarga—eh, ternyata di sana tersimpan kutukan berdarah turun-temurun. 

Film garapan Felipe Vargas ini resmi rilis di AS pada 2 Mei 2025, dan akhirnya tayang di Indonesia pas Halloween, 30 Oktober 2025. 

Dengan sinematografi kelam dari Nicolás Wong Díaz, ROSARIO menggali misteri spiritual di balik mimpi migran, ketika “keberhasilan” justru berubah jadi kutukan yang menakutkan.

Sinopsis Rosario — Dari Apartemen Gelap Sampai Dapur Berdarah

Rosario sinopsis

Rosario, seorang pialang saham sukses di Wall Street yang percaya semua hal bisa dijelaskan lewat logika. Tapi semua berubah saat kabar duka datang—neneknya, Griselda, meninggal dunia.

Rosario pun pulang ke apartemen lama keluarganya di New York. Malam itu badai salju menggila, membuatnya terjebak sendirian bersama jasad sang nenek. Suasana makin mencekam ketika suara-suara aneh muncul dari ruangan belakang. 

Dari situ, rahasia kelam mulai terbuka. Dia menemukan ruang tersembunyi berisi benda-benda menyeramkan—tengkorak manusia, potongan tulang, boneka voodoo, dan sebuah kuali berisi fotonya saat kecil.

Di titik itu, Ia sadar kalau neneknya bukan sekadar perempuan tua biasa. Griselda adalah seorang Palero, praktisi ilmu hitam yang melakukan ritual untuk dewa kuno bernama Kobeyende

Awalnya Ia yakin dirinya dikutuk karena pernah meninggalkan keluarga, tapi ternyata semua ritual itu dilakukan untuk melindunginya. Perlahan, logika modern yang selama ini ia pegang mulai runtuh. Malam itu menjadi perang batin antara nalar dan kutukan, antara darah dan warisan spiritual yang menuntut jiwa Rosario.

Baca Juga, Yah! Badoet (2015): Badutnya Salah Jobdesk Nggak Sih? 

Ending Rosario (Spoiler!) — Siapa Sebenarnya yang Membuat Perjanjian?

Ending Rosario (Spoiler!)

Bagian penutup film ini memang sengaja dibuat bikin kepala muter.  Malam mencekam itu berakhir setelah Rosario berhasil menahan amukan roh Kobeyende. Dengan mantra yang ia pelajari dari catatan neneknya, ia mengikat arwah itu ke tubuh Griselda yang sudah tak bernyawa. 

Sekilas, semuanya tampak selesai—tapi ternyata tragedi baru saja dimulai. Begitu ayahnya, Oscar, datang, semua rahasia keluarga akhirnya terbuka. Ternyata bukan Griselda yang membuat perjanjian dengan entitas jahat itu, melainkan Oscar sendiri. 

Demi masa depan Rosario, Oscar menjual jiwanya kepada Kobeyende, sementara Griselda berusaha menebus kesalahan itu dengan ritual dan pengorbanan darah setiap hari.

Merasa bersalah setelah sang ibu meninggal, Oscar mencoba mengambil alih ritual itu. Tapi bukannya menenangkan arwah, ia malah dirasuki. Dalam kondisi kerasukan, Oscar menyerang Rosario dan mencoba membunuhnya. 

Tetangga misterius bernama Joe sempat menyelamatkan, tapi nyawanya justru jadi tumbal. Akhirnya, Rosario menusuk ayahnya sendiri—tindakan terakhir yang membuat malam itu berakhir dengan darah dan trauma yang belum kering.

Beberapa bulan kemudian, hidupnya terlihat normal lagi. Ia bekerja, tersenyum, dan bahkan menaruh foto keluarganya di meja kerja. Tapi di balik ketenangan itu, sesuatu masih mengintai. Ia mulai batuk keras, lalu dari mulutnya muncul tangan iblis—seolah kegelapan belum pergi dari tubuhnya.

Ending Rosario (2025) dibiarkan menggantung. Mungkin arwah Kobeyende belum puas, atau mungkin Rosario sendiri kini jadi wadah baru bagi roh itu. Film ini menutup ceritanya dengan satu pesan yang gelap tapi ngena: 

Terkadang, kejahatan nggak datang dari luar—melainkan dari cinta dan pengorbanan yang salah arah.

Baca Juga, Yah! Penjagal Iblis: Dosa Turunan (2025): Pemburu Iblis Vs. Pemuja Setan

Review Rosario— Worth It atau Skip Aja?

Review Rosario— Worth It atau Skip Aja?

Sekarang, pertanyaan paling penting, LemoList: film Rosario (2025) ini layak ditonton atau mending dilewat aja? Soalnya, ulasannya lumayan bikin campur aduk—ada yang bilang menegangkan dan berisi, tapi banyak juga yang ngaku ngantuk di tengah jalan. 

Apa yang Bikin Worth It

Kalau kamu tipe penonton yang suka slow-burn horror dengan suasana gelap dan nuansa psikologis kental, Rosario mungkin bakal cocok banget buat kamu. Sutradara Felipe Vargas berhasil bikin atmosfer yang mencekam tanpa perlu banyak jumpscare

Dengan pencahayaan redup dan detail visual yang kuat, film ini terasa berat dan dingin, seperti napas iblis yang terus mengintai.

Yang bikin film ini terasa beda adalah lapisan budayanya. Ceritanya menyentuh sisi kelam perjuangan imigran, menggambarkan bagaimana pencarian “American Dream” bisa berubah jadi mimpi buruk. Di tengah semua kengerian itu, agama Afro-Kuba Palo Mayombe jadi bumbu utama yang bikin film ini terasa unik dan penuh makna.

Dan pastinya, Emeraude Toubia tampil luar biasa sebagai Rosario. Hampir seluruh film bergantung pada aktingnya—dan dia berhasil. 

Kamu bisa lihat perubahan ekspresi dari rasional ke ketakutan total secara halus tapi intens. Kalau kamu menghargai akting emosional dan tema spiritual yang gelap, film ini bisa banget kamu masukin ke daftar tontonan.

Apa yang Bikin Skip

Tapi sabar dulu, LemoList—nggak semua orang bakal betah dengan gaya penceritaan film ini. Banyak penonton bilang ritmenya lambat banget. 

Padahal durasinya cuma 88 menit, tapi rasanya kayak dua jam karena ceritanya berat di atmosfer, minim dialog, dan jarang ada momen “wah” yang bikin jantung copot.

Beberapa kritikus juga ngerasa film ini terlalu “flat.” Adegan-adegan horornya kadang nggak punya ledakan emosi. Bahkan dengan efek visual yang berdarah-darah, rasa takutnya kurang nendang. Musiknya juga terasa datar, bikin ketegangan cepat hilang.

Ceritanya pun sempat dikeluhkan membingungkan. Di babak akhir, twist-nya datang bertubi-tubi sampai kehilangan arah. 

Akibatnya, banyak yang merasa film ini kehilangan fokus—lebih drama keluarga ketimbang horor spiritual. Dan karena kamera hampir selalu mengikuti pemeran utama, karakter lain seperti ayahnya atau sang tetangga jadi terasa hambar.

Kalau Menurut Lemo Blue Sih… 

Kalau kita lihat angka, hasilnya juga mencerminkan kebingungan itu. Film ini dapat 70% Tomatometer dari kritikus, tapi cuma 47% Popcornmeter dari penonton biasa, dan rating IMDb 4.3/10. Jadi jelas banget—film ini lebih dihargai secara teknis daripada dinikmati sebagai tontonan seram.

Kesimpulannya, Rosario cocok buat kamu yang suka horor psikologis, sinematografi gelap, dan tema budaya yang dalam. Tapi kalau kamu cari tontonan yang bikin loncat dari kursi, mungkin film ini bakal terasa lebih seperti meditasi spiritual yang menegangkan daripada film horor penuh teriakan.

Siapa Aja Pemain Rosario?

Sebelum kamu nonton, kenalan dulu yuk sama para pemerannya! Soalnya tiap karakter di film ini punya peran penting yang bikin suasana makin tegang dan emosional. 

  • Emeraude Toubia sebagai Rosario Fuentes
  • José Zúñiga sebagai Oscar Fuentes (ayah Rosario)
  • David Dastmalchian sebagai Joe (tetangga misterius)
  • Paul Ben-Victor sebagai Marty
  • Diana Lein sebagai Elena (ibu Rosario)
  • Constanza Gutierrez sebagai Griselda (nenek Rosario)
  • Emilia Faucher sebagai Rosario kecil
  • Nick Ballard sebagai Alex
  • Luna Baxter sebagai Harlow
  • Indhira Serrano sebagai Lupe
  • Guillermo García Alvarado sebagai Miguel
  • Isabella Hoyos sebagai Medic #2
  • Deicy Campos sebagai Reporter
  • Don Gellver sebagai Elderly Man
  • Juan Camilo Salgado sebagai Dickhead
  • Gamal Dillard sebagai Cuauhtémoc Zawoznik
  • Daniel Abubakar Asema sebagai Medic #1

Antara Doa, Darah, dan Dosa Keturunan

Cerita film ini menyentuh hal yang lebih dalam—tentang keluarga, ambisi, dan harga yang harus dibayar demi impian. 

Rosario berhasil menghadirkan ketegangan yang terasa pribadi dan emosional. Ia mengingatkan kamu, bahwa terkadang kejahatan nggak datang dari luar, tapi dari keputusan yang lahir dari cinta dan rasa bersalah.

Kalau setelah nonton ini kamu masih pengen menelusuri dunia film lain yang nggak kalah menarik, yuk terus jelajahi berbagai berita film dan review terbaru di Lemo Blue—tempat kamu bisa nemuin kisah di balik layar yang se-seru filmnya sendiri!