Sinopsis If I Had Legs I’d Kick You

If I Had Legs I’d Kick You (2025): Dark Comedy yang Nggak Ada Lucu-lucunya (Tapi Kena Banget)

If I Had Legs I’d Kick You adalah film A24 terbaru yang bakal bikin kamu ngerasa kayak lagi kejebak di kepala orang yang udah hampir meledak. Disutradarai dan ditulis sama Mary Bronstein, film ini rilis tahun 2025 dan pertama kali tayang di AS tanggal 10 Oktober. 

Berdurasi 1 jam 53 menit, film berating R ini bukan tontonan santai—lebih kayak pengalaman psikologis yang bikin dada sesak tapi mata nggak bisa lepas. 

Berlatar di Montauk, New York, kisahnya ngulik sisi gelap jadi ibu, dan berkat akting gila Rose Byrne, film ini sukses nyabet Silver Bear di Berlin Film Festival.

Sinopsis If I Had Legs I’d Kick You

Sinopsis If I Had Legs I’d Kick You tentang apa

If I Had Legs I’d Kick You mengisahkan Linda (Rose Byrne), ia adalah seorang psikiater yang hidupnya pelan-pelan remuk dari semua sisi. 

Dia punya anak perempuan berusia 10 tahun yang sakit parah, bergantung pada mesin makan dan suara beep yang nggak pernah berhenti. Anak ini jarang terlihat, cuma terdengar—bikin suasana makin sumpek dan suram.

Setelah apartemennya kebanjiran dan langit-langitnya jebol, Linda pindah ke motel reyot di pinggir jalan. Lubang di atap itu jadi simbol dari hidupnya yang makin bolong—tempat semua tekanan, kesepian, dan rasa bersalahnya tumpah.

Suaminya, Charles (Christian Slater), sibuk jadi kapten kapal dan cuma muncul lewat telepon, lebih sering menghakimi daripada membantu. 

Hubungannya dengan terapis pribadinya (Conan O’Brien) juga makin aneh—dingin dan nggak nyambung. Di sisi lain, salah satu pasiennya, Caroline, tiba-tiba menghilang. Semua itu bikin Linda kehilangan pegangan.

Di titik ini, If I Had Legs I’d Kick You mulai berubah jadi pengalaman yang sesak. Kamera menyorot dekat wajah Linda, bikin penonton ikut terjebak di kepalanya yang kacau. Linda mencoba bertahan dengan alkohol dan ganja murahan, tapi semakin ia kabur, semakin dalam dia jatuh.

Film ini terasa personal karena Mary Bronstein—sang sutradara—menulisnya dari pengalamannya sendiri saat terjebak di motel sambil merawat anak yang sakit. 

Hasilnya, If I Had Legs I’d Kick You jadi potret mentah tentang rasa bersalah, kelelahan, dan sisi paling gelap dari jadi seorang ibu yang hampir kehilangan dirinya sendiri.

Baca Juga, Yah! Caramelo (2025): Tentang Si Anjing dan Si Chef yang bikin Nangis

Ending If I Had Legs I’d Kick You – Janji “I’ll Be Better” yang Nggak Kita Tahu Bakal Ditepati

Ending If I Had Legs I’d Kick You

Kalau kamu udah sampai ending If I Had Legs I’d Kick You, pasti ngerasa kayak habis nonton seseorang tenggelam pelan-pelan dalam pikirannya sendiri. Di bagian ini, semua yang kacau dari awal akhirnya meledak — bukan buat kasih jawaban, tapi buat nunjukin betapa hancurnya dunia Linda.

1. Titik Balik dan Kejatuhan Total Linda

Semua mulai runtuh waktu Linda kehilangan pasiennya, Caroline (Danielle Macdonald), yang kabur setelah kirim video tentang ibu yang menenggelamkan anaknya. 

Dari situ, Linda makin nggak punya batas. Dia kehilangan logika, dan dalam momen yang bikin perut mual, dia mencoba mencabut selang makan anaknya sendiri. 

Linda percaya lubang di perut sang anak terhubung sama lubang di langit-langit apartemennya — kayak dua luka yang harus disembuhkan bareng.

 Adegan ini berubah jadi body horror surreal ala Cronenberg: selang itu nggak ada habisnya, dan Linda cuma bisa berbohong dengan kalimat, “I made it better.”

2. Makna di Balik Adegan Pantai

Waktu suaminya, Charles (Christian Slater), pulang dan memperbaiki langit-langit yang jebol, semuanya terasa makin sia-sia. 

Begitu Charles tahu apa yang Linda lakukan, dia panik, sementara Linda kabur ke laut — literally mencoba mengakhiri semuanya. Tapi laut menolak. Setiap kali dia terjun, ombak malah memuntahkannya balik ke pantai, seolah dunia belum selesai menghukumnya.

Di pasir yang dingin dan basah, Linda akhirnya berhenti melawan. Dia tarik napas, mulai latihan pernapasan, dan untuk pertama kalinya di If I Had Legs I’d Kick You, kita benar-benar melihat wajah anaknya. 

Wajahnya disinari lembut, kayak malaikat kecil — tanda kalau Linda akhirnya bisa melihatnya sebagai manusia, bukan beban. Dengan suara nyaris pecah, Linda berbisik, “I’ll be better. I promise.”

Mary Bronstein bilang, ending If I Had Legs I’d Kick You bukan bahagia, tapi ada sedikit harapan. Janji itu nyata, tapi kita nggak pernah tahu apakah Linda bisa menepatinya. 

Yang jelas, dia akhirnya berhenti lari — dan buat seseorang yang hampir tenggelam dalam rasa bersalah, itu sudah langkah pertama untuk pulang.

Baca Juga, Yah! Everybody Loves Me When I’m Dead (2025): Duit Emang Bikin Lupa Diri

Review If I Had Legs I’d Kick You – Worth It atau Skip Aja?

Review If I Had Legs I’d Kick You

LemoList, bagian ini buat kamu yang lagi mikir: “Worth it nggak sih nonton If I Had Legs I’d Kick You?” Jawabannya tergantung — kamu siap nggak buat diajak masuk ke kepala orang yang lagi meledak pelan-pelan? 

Worth It (Kalau Kamu Tahan Film yang Nggak Nyaman)

Rose Byrne di If I Had Legs I’d Kick You tampil gila-gilaan. Aktingnya nyeret kamu masuk ke tiap detik kegelisahan Linda — kasar, mentah, dan intens banget sampai bikin deg-degan. Pantas aja dia dapet Silver Bear di Berlin Film Festival

Secara teknis, film ini solid: kamera nempel ketat di wajah Linda, suara yang bising, dan atmosfer yang bikin napas sesak, khas racikan A24

Mary Bronstein berhasil menciptakan dunia yang berantakan tapi terarah, kayak gabungan Uncut Gems dan mimpi buruk yang terlalu nyata. 

Di balik semua kekacauan itu, film ini ngangkat tema tentang rasa bersalah seorang ibu dan batas ketahanan manusia dengan cara yang jujur dan tanpa sensor.

Skip (Kalau Kamu Nggak Suka Disiksa Emosional)

Kalau kamu tipikal penonton yang suka film adem, mending pikir dua kali. If I Had Legs I’d Kick You disebut banyak kritikus sebagai “113 menit penyiksaan emosional.” Setiap adegan terasa berat, sesak, dan kadang bikin mual karena terlalu realistis. 

Beberapa orang bilang film ini kelihatan seperti drama indie murah dengan dialog yang terasa aneh, sementara yang lain ngerasa isi ceritanya terlalu ekstrem — mulai dari tangisan anak yang diabaikan sampai cerita kekerasan yang bikin nggak nyaman. 

Film ini capek secara mental dan bisa bikin kamu pengen jeda beberapa kali buat tarik napas.

Kalau Menurut Lemo Blue… 

If I Had Legs I’d Kick You bukan film buat semua orang. Tapi kalau kamu berani menghadapi cerita tentang keputusasaan, rasa bersalah, dan manusia yang kehilangan arah, film ini bakal ninggalin bekas yang dalam. 

Nggak gampang ditonton, tapi justru itu yang bikin If I Had Legs I’d Kick You jadi salah satu rilisan A24 paling berani dan berkesan tahun ini.

Pemeran If I Had Legs I’d Kick You – Campuran Aneh tapi Solid

Kalau kamu ngira If I Had Legs I’d Kick You cuma bergantung pada akting Rose Byrne, siap-siap kaget. Deretan pemainnya nyatu dengan vibe film yang chaotic tapi kuat. Dari bintang papan atas sampai wajah-wajah unik khas proyek A24, semuanya punya peran yang bikin dunia Linda terasa makin nyata (dan makin gila).

Berikut daftar lengkap pemainnya:

  • Rose Byrne sebagai Linda, psikiater sekaligus ibu yang hidupnya mulai hancur pelan-pelan.
  • Delaney Quinn sebagai anak Linda yang nggak disebutkan namanya.
  • Mary Bronstein sebagai Dr. Spring — sang sutradara yang juga tampil sebagai karakter dalam film.
  • A$AP Rocky sebagai James, tetangga motel yang misterius.
  • Christian Slater sebagai Charles, suami Linda yang terus jauh di laut.
  • Conan O’Brien sebagai terapis Linda yang cuek dan nggak membantu.
  • Danielle Macdonald sebagai Caroline, pasien yang menghilang dan bikin konflik makin rumit.
  • Ivy Wolk sebagai Diana.
  • Mark Stolzenberg sebagai petugas parkir.
  • Manu Narayan sebagai pemilik apartemen.
  • Ella Beatty sebagai Kate, pasien generasi muda yang egois dan kosong.
  • Eva Kornet sebagai instruktur pernapasan.
  • Helen Hong sebagai Eva.
  • Daniel Zolghadri sebagai Stephen, pria manja yang nggak dewasa-dewasa.
  • Josh Pais sebagai Brad.
  • Ronald Bronstein sebagai suami Caroline.
  • Laurence Blum sebagai polisi.
  • Lark White sebagai Vanessa.

Film yang Bikin Nggak Nyaman Tapi Nempel di Kepala

If I Had Legs I’d Kick You bukan film yang bakal bikin kamu nyaman duduk dua jam penuh, tapi justru di situlah kekuatannya. Film ini kayak ngasih tamparan realitas tentang betapa rapuhnya manusia di balik peran sosialnya — terutama seorang ibu. 

Mary Bronstein dan Rose Byrne berhasil nyiptain dunia yang intens, jujur, dan sedikit menyakitkan, tapi anehnya… susah dilupain.

Dan kalau kamu lagi nyari rekomendasi berita film lain yang sama nyentriknya, tenang aja — masih banyak kisah unik dan produksi gila dari dunia sinema yang bisa kamu temuin di Lemo Blue – Berita Musik & Film!