Review Film The Menu

Review Film The Menu: Satire Gelap Bikin Tegang, Lapar, dan Berpikir

Film The Menu jadi salah satu sajian sinematik paling menggugah sejak tayang di bioskop pada 18 November 2022, dan sudah bisa kamu streaming sejak 3 Januari 2023. Dengan durasi 1 jam 47 menit, film ini menyajikan kombinasi dark comedy dan thriller yang menggigit, nggak heran berhasil meraup $38,5 juta di box office AS. 

Tapi tenang, ini bukan film horor berdarah-darah. Lewat cerita seputar restoran eksklusif di pulau terpencil, “The Menu” berhasil menyindir gaya hidup elite dan menggugah pertanyaan tentang apa arti sebenarnya dari menikmati sesuatu. Yuk diskusi bareng!

The Menu Menceritakan Tentang Apa, Sih?

Film The Menu berpusat pada Margot (Anya Taylor-Joy) dan Tyler (Nicholas Hoult), sepasang tamu yang diundang ke restoran mewah bernama Hawthorn, yang terletak di pulau terpencil dan dikepalai oleh Chef Julian Slowik (Ralph Fiennes). 

Tapi ini bukan restoran biasa. Setiap hidangan yang disajikan malam itu bukan hanya makanan, melainkan bagian dari sebuah pertunjukan yang mengupas, menguliti, dan bahkan menghancurkan para tamunya secara psikologis dan emosional.

Yang awalnya seperti jamuan eksklusif kelas dunia perlahan berubah menjadi pengalaman mengerikan. Film ini membongkar sifat tamu-tamu yang sombong, dari kritikus kuliner yang sok tahu, bintang film yang tenggelam dalam egonya sendiri, hingga investor kaya yang angkuh. 

Lewat sajian bertahap, Chef Slowik menyampaikan kritik tajam pada industri makanan, budaya konsumtif, dan para penikmatnya yang sering lupa esensi dari makanan itu sendiri: menikmati.

Baca Juga, Yah! Nyesek Maksimal! Review Film La La Land yang Bikin Nangis

Apakah Film The Menu Kisah Nyata?

Film The Menu berpusat pada Margot (Anya Taylor-Joy) dan Tyler (Nicholas Hoult)

Nah, banyak dari kamu mungkin bertanya-tanya, apakah film The Menu kisah nyata? Soalnya, ceritanya terasa real banget. 

Atmosfer restorannya detail, cara chef bicara kayak beneran chef kelas dunia, dan konflik tamunya pun terasa seperti kritik yang memang sering kita lihat di dunia nyata, terutama di dunia kuliner elit.

Tapi jawabannya: tidak, The Menu bukan kisah nyata. Meski begitu, ceritanya terinspirasi dari dunia yang nyata banget.

Terinspirasi dari Dunia Fine Dining dan Chef Asli

Skenario film The Menu lahir dari pengalaman pribadi Will Tracy, sang penulis, yang pernah makan di restoran eksklusif di pulau terpencil. Rasa tidak nyaman dan eksklusivitas tempat itu jadi titik awal munculnya ide cerita. 

Sementara karakter Chef Slowik memang bukan dari satu tokoh nyata, tapi gesturnya, termasuk narasi filosofis dan service perfeksionis, terinspirasi dari chef dunia nyata, seperti Grant Achatz dan Gordon Ramsay.

Baca Juga, Yah! Urutan Film The Matrix Lengkap & Kronologis: Biar Nonton Nggak Bingung

Kritik Sosial yang Sangat Nyata

Meski fiksi, film The Menu terasa akrab karena menyindir kehidupan elit, tren foodies yang konsumtif, dan obsesi terhadap eksklusivitas. Ini bukan sekadar cerita horor kuliner, tapi refleksi tajam atas bagaimana makanan (dan seni) dipandang, dikonsumsi, dan kadang disalahgunakan oleh publik.

Fakta Menarik di Balik Film The Menu

Skenario film The Menu lahir dari pengalaman pribadi Will Tracy

Gak lengkap dong kalau kita nonton tanpa tahu behind the scene-nya. Nah, ini dia beberapa fakta menarik seputar film The Menu yang mungkin belum kamu tahu:

1. Diarahkan oleh Sutradara “Succession”

Mark Mylod, sang sutradara film The Menu, dikenal sebagai pengarah beberapa episode serial HBO Succession, dan gayanya terasa banget di film ini, sindiran sosial yang halus tapi menggigit, penuh ketegangan dan sinisme yang elegan.

2. Menu yang Disiapkan Beneran Didesain oleh Chef Profesional

Seluruh hidangan dalam film dirancang oleh chef asli, Dominique Crenn—satu-satunya chef perempuan di AS yang punya restoran berbintang tiga Michelin. Jadi walau kelihatan absurd atau aneh, semua makanan di film ini benar-benar bisa dibuat dan disajikan di dunia nyata.

3. Lokasi Syuting yang Menawan Tapi Mencekam

Restoran Hawthorn memang fiksi, tapi syutingnya dilakukan di Savannah, Georgia, dengan setting yang disulap jadi pulau terpencil. Cinematografinya membuat kesan eksklusif dan terisolasi jadi sangat terasa.

4. Kritik Terhadap Dunia Kuliner Nyata

Dari kritikus media, chef yang burnout, hingga pelanggan kaya yang clueless, semuanya merupakan gambaran yang diangkat dari dinamika nyata dunia restoran kelas atas. Film ini kayak surat terbuka buat semua pihak yang pernah “menghancurkan” makna sejati dari kuliner.

Apa yang Terjadi dalam Film Menu? (Tanpa Spoiler!)

Apa yang Terjadi dalam Film Menu

Kalau kamu bertanya, apa yang terjadi dalam film Menu, bayangkan ini: kamu datang ke restoran eksklusif yang penuh rahasia. Chef-nya bukan sekadar menyajikan makanan, tapi juga menghidangkan pengalaman yang memaksa kamu menghadapi kenyataan pahit dalam hidup. 

Setiap tamu malam itu tidak datang begitu saja, mereka dipilih. Dan setiap hidangan punya makna. Lama-lama kamu sadar, bukan cuma rasa lapar yang sedang diuji, tapi juga moralitas, harga diri, dan alasan kenapa kamu ada di sana.

Film ini penuh plot twist dan kejutan yang bikin kamu berpikir ulang tentang peran kamu sebagai penikmat sesuatu. Bukan cuma soal makanan, tapi juga soal seni, identitas, dan… ya, privilege.

Menurut Lemo Blue, The Menu adalah salah satu film satir terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Bukan cuma bikin tegang, tapi juga mikir. Chef Slowik bukan tokoh jahat biasa, dia adalah simbol dari seniman yang dikhianati sistem. 

Sedangkan para tamu mewakili tipe-tipe orang yang sering muncul di industri kreatif: yang sok tahu, yang oportunis, yang hanya ikut-ikutan hype.

Film ini juga menyentil kita semua: apakah kita benar-benar menghargai karya, atau hanya ikut menikmati karena tren? Apakah kita masih bisa menikmati sesuatu dengan tulus, atau sudah tercemar oleh ekspektasi sosial dan pencitraan?

Jangan Lapar Saat Nonton, Tapi Siap-Siap Dicerna! Hah?

Akhir kata, The Menu adalah film yang tajam, pedas, dan gurih dalam menyampaikan kritik sosial. Cocok banget buat kamu yang suka film beda dari yang lain, yang bukan hanya membuat penasaran, tapi juga bikin kamu refleksi. Jadi kalau kamu belum nonton, segera tonton film ini (jangan sambil makan ya!). Tapi ingat: you are not just here to eat, you are here to be served, hahahahahah.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *