Pengepungan di Bukit Duri

Ngulik Pengepungan di Bukit Duri, Film Sejarah yang Bikin Deg-degan

Pengepungan di Bukit Duri jadi salah satu film Indonesia yang lagi rame banget dibicarain, LemoList! Film ini dikenal juga dengan judul internasional The Siege at Thorn High dan disutradarai langsung oleh Joko Anwar. 

Beda dari karya-karyanya sebelumnya yang kental horor, kali ini Joko hadir dengan genre action, crime, drama, dan thriller yang dipadukan dengan sentuhan martial arts dan teen drama. 

Dengan durasi 118 menit, film ini resmi tayang perdana di Jakarta pada 10 April 2025, lalu rilis luas di bioskop Indonesia 17 April 2025, hingga akhirnya bisa kamu tonton digital di Prime Video sejak 15 Agustus 2025.

Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri

Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri

Kalau kamu penasaran kenapa film ini ramai diperbincangkan, jawabannya ada di ceritanya yang bikin merinding sekaligus emosional. 

Pengepungan di Bukit Duri menghadirkan drama kelam yang terasa dekat dengan sejarah Indonesia, lalu dipadukan dengan aksi menegangkan khas Joko Anwar. Yuk, kita bedah alurnya.

Baca Juga, Yah! Film Kang Mak: Asli dan Remakenya Sama-sama Bikin Ngakak

Latar cerita: distopia yang terinspirasi kerusuhan Mei 1998

Film ini mengambil latar di era distopia, ketika kerusuhan dan diskriminasi makin merajalela. Inspirasi utamanya jelas terasa, yaitu tragedi kerusuhan Mei 1998 yang menyasar warga Tionghoa di Indonesia. Dari sinilah Pengepungan di Bukit Duri memulai pondasi kisahnya.

Awal kisah: Edwin, Silvi, dan Panca muda di tengah kerusuhan

Cerita dibuka dengan adegan pra-judul yang bikin deg-degan. Kita dikenalkan pada Edwin kecil, Silvi, dan sahabat mereka Panca. Saat kerusuhan melanda kota, sekolah diliburkan dan mereka harus pulang—tapi perjalanan itu justru jadi awal mimpi buruk.

Tragedi keluarga: kematian orang tua, trauma, dan luka Silvi

Kejadian cepat berubah brutal. Edwin dan Silvi yang keturunan Tionghoa diserang massa penuh kebencian. Dalam satu hari, orang tua mereka tewas, sementara Silvi mengalami kekerasan kejam yang meninggalkan trauma besar. Semua luka itu melekat di hati Edwin.

Lompatan waktu 18 tahun kemudian: Edwin dewasa mencari keponakan misterius

Delapan belas tahun berlalu. Edwin dewasa masih dihantui kenangan masa kecil. Sebelum meninggal, Silvi menitipkan pesan terakhir: temukan anaknya, lahir dari tragedi masa lalu. Berbekal petunjuk samar, Edwin memulai perjalanan penuh tanda tanya.

Baca Juga, Yah! Film Nobody 2: Sinopsis dan Pemain, Ada Apa Aja Sih di Sequel ini?

Sekolah SMA Duri: tempat Edwin menjadi guru pengganti

Pencarian membawanya ke SMA Duri, sekolah khusus remaja bermasalah di Jakarta Timur. Edwin masuk sebagai guru seni pengganti. Tapi bukannya tenang, ia justru disambut siswa penuh amarah dan diskriminasi. Salah satunya, Jefri, yang terang-terangan menunjukkan kebenciannya pada Edwin.

Puncak konflik: pengepungan sekolah saat kerusuhan baru pecah

Saat Edwin berusaha mencari jawaban soal keponakannya, kerusuhan besar kembali meletus di kota. Sekolah terkunci rapat, para siswa terjebak, dan suasana berubah jadi ladang pertempuran. Inilah momen ketika Pengepungan di Bukit Duri benar-benar dimulai, membawa penonton ke dalam ketegangan tanpa henti.

Review Film Pengepungan di Bukit Duri

Review Film Pengepungan di Bukit Duri

Kalau sinopsisnya aja udah bikin bulu kuduk merinding, gimana dengan review-nya? Banyak penonton dan kritikus punya pandangan beragam soal Pengepungan di Bukit Duri. Ada yang angkat jempol karena tegangnya dapet banget, ada juga yang merasa ceritanya agak kehilangan arah di tengah jalan. 

Apa yang Bikin Film Ini Keren?

Salah satu daya tarik Pengepungan di Bukit Duri jelas ada di atmosfer thrillernya. Sejak menit awal, tensi udah kerasa bikin deg-degan. 

Visual gelap, musik latar, dan kamera yang penuh tekanan bikin kamu betah duduk sambil menahan napas. Banyak yang bilang, horornya bukan dari hantu, tapi dari kenyataan bahwa semua ini bisa aja terjadi di dunia nyata.

Selain itu, akting para pemain juga jadi sorotan positif. Morgan Oey sebagai Edwin nggak tampil ala pahlawan klise, tapi lebih manusiawi: ragu, takut, dan rapuh. Lawan mainnya juga nggak kalah totalitas, bikin rasa marah, takut, sampai putus asa di layar terasa hidup.

Buat kamu yang suka adegan aksi berdarah, film ini juga nggak nanggung. Dari adegan bacok, tusuk, sampai bakar, semua ditampilkan secara brutal tapi terarah. Koreografinya rapi, bikin setiap pertarungan keliatan nyata sekaligus menyakitkan buat ditonton.

Dan yang nggak kalah penting, keberanian Joko Anwar angkat isu diskriminasi etnis Tionghoa patut diapresiasi. Inspirasi dari kerusuhan Mei 1998 jelas terasa, dan detail kecil seperti poster, grafiti, sampai umpatan rasis di layar jadi pengingat keras tentang luka lama bangsa ini.

Kritik dan Kekurangan yang Bikin Campur Aduk

Meski begitu, Pengepungan di Bukit Duri bukannya tanpa cela. Banyak yang merasa fokus cerita awalnya tajam menyorot isu rasisme, tapi lama-kelamaan berubah jadi parade kekerasan. Pesan sosial yang kuat di awal seolah tenggelam di balik darah dan brutalitas.

Dari segi tempo, bagian tengah film juga jadi titik lemah. Momen pengepungan sekolah yang mestinya jadi jantung cerita justru terasa molor. Karakter berkali-kali berdebat tanpa kemajuan, bikin alur agak tersendat dan penonton kehilangan momentum.

Pengembangan karakter juga disorot. Antagonis seperti Jefri terasa dangkal, hanya penuh benci tanpa penjelasan mendalam. 

Beberapa karakter perempuan hadir sekadar jadi pelengkap cerita tanpa eksplorasi berarti, padahal potensinya besar. Bahkan Edwin sendiri kadang terlihat terjebak dalam mental korban yang berulang tanpa perkembangan signifikan.

Dan akhirnya, banyak yang merasa kekerasan di film ini lebih dominan daripada substansinya. Darah muncrat yang terlalu dramatis sampai efek visual yang kelewat heboh bikin kesan pesannya jadi kabur. 

Alih-alih menyentuh hati, beberapa adegan terasa sekadar mengejutkan mata. Tapi, kembali lagi ke masing-masing opini! So far, ini film Joko Anwar yang out of the box. 

Kesimpulan Review

Secara keseluruhan, Pengepungan di Bukit Duri adalah film yang berani, brutal, dan penuh adrenalin. Ia menunjukkan nyali Joko Anwar dalam mengulik isu sensitif sambil tetap menghadirkan tontonan penuh tensi. 

Memang, cerita kadang goyah karena fokus yang bergeser dan karakter yang kurang matang, tapi ketegangan dan aksinya tetap sulit dilupakan. 

Buat kamu yang penasaran dengan thriller lokal yang beda, film ini jelas layak ditonton, setidaknya sekali, biar bisa ikut diskusi panjang soal rasisme, trauma, dan moralitas di layar lebar.

Daftar Pemeran Film Pengepungan di Bukit Duri

Daftar Pemeran Film Pengepungan di Bukit Duri

Sebelum kita ngomongin karakter-karakter remaja brutal atau sosok Edwin yang penuh luka batin, enaknya kenalan dulu sama para aktor yang ngisi layar. Dari pemeran utama sampai cameo, semuanya punya peran penting ngebangun atmosfer tegang khas pengepungan di bukit duri.

Pemeran Utama

Tiga nama ini jadi motor utama cerita, yang bikin penonton terus kejebak dalam dramanya:

  • Morgan Oey sebagai Edwin, guru seni pengganti yang terjebak di tengah kekacauan.
  • Omara N. Esteghlal sebagai Jefri, murid yang penuh kebencian dan jadi salah satu ancaman terbesar.
  • Hana Malasan (Hana Pitrashata Malasan) sebagai Diana, karakter perempuan yang hadir di titik-titik penting perjalanan Edwin.

Pemeran Pendukung

Kalau bagian ini ibarat roda, merekalah yang bikin cerita bergulir makin liar. Dari murid-murid nakal SMA Duri sampai orang-orang di sekitar sekolah, semuanya punya andil dalam menajamkan konflik.

  • Endy Arfian sebagai Khristo
  • Fatih Unru sebagai Rangga
  • Satine Zaneta sebagai Dotty
  • Dewa Dayana sebagai Gerry
  • Faris Fadjar Munggaran sebagai Reihan
  • Florian Rutters sebagai Sim
  • Farandika sebagai Jay
  • Raihan Khan sebagai Culap
  • Sandy Pradana sebagai Anto
  • Kiki Narendra sebagai Abduh
  • Landung Simatupang sebagai Kepala Sekolah
  • Lia Lukman
  • Natalius Chendana
  • Shindy Huang
  • Kevin Kahuni
  • Joshia Frederico
  • Affandi Abdul Rachman
  • Max Metino
  • Ical Tanjung
  • Mardi Sulaiman
  • Rieviena Yulietta
  • Sheila Tohir
  • Peter Taslim
  • Sapta Taliwang
  • Lucky Moniaga
  • Khaell Bogotta
  • Jesslyn Elvaretta
  • Hanata Rue

Cameo dan Karakter Tambahan

Nah, bagian ini menarik, karena ada nama-nama yang muncul sekilas tapi tetap bikin kesan tersendiri.

  • Joko Anwar sebagai dirinya sendiri (cameo)
  • Sheila Kusnadi sebagai Silvi muda
  • Theo Camillo Taslim (Millo Taslim) sebagai Edwin muda
  • Bima Azriel sebagai Panca muda
  • Emir Mahira sebagai Panca dewasa

Dengan jajaran pemain sebanyak ini, wajar kalau Pengepungan di Bukit Duri kerasa padat sekaligus kompleks. Setiap karakter, baik yang muncul lama atau cuma sekilas, tetap punya warna dalam cerita yang keras dan penuh luka.

Sebuah Pengepungan yang Sulit Dilupakan

Akhirnya, Pengepungan di Bukit Duri terasa seperti sebuah pengalaman yang lebih dari sekadar film aksi, ia adalah cermin dari luka sosial, sejarah kelam, sekaligus perjuangan untuk bertahan hidup. 

Dari jalan cerita yang bikin dada sesak, hingga karakter-karakter yang penuh amarah dan trauma, film ini meninggalkan kesan mendalam buat siapa pun yang berani menontonnya sampai akhir. 

Semua elemen, mulai dari sinematografi, akting, sampai isu yang diangkat, berhasil membangun atmosfer yang bikin penonton terus terpaku.

Buat kamu, LemoList!, yang udah ngikutin cerita, review, sampai daftar pemerannya, jelas bisa kerasa gimana Pengepungan di Bukit Duri jadi pembicaraan hangat di mana-mana. 

Kalau kamu pengin eksplor lebih banyak soal film, musik, atau tren hiburan terbaru, Lemo Blue selalu punya cerita seru lain buat kamu nikmati. Yuk, terus stay tune biar nggak ketinggalan!