Nonton It Ends with Us, Worth It Nggak

Nonton It Ends with Us, Worth It Nggak Sih? Review, Fakta, dan Diskusi!

LemoList, kalau kamu lagi cari alasan buat nonton It Ends with Us, film adaptasi novel best-seller Colleen Hoover ini bisa jadi dilema tersendiri. Di satu sisi, film ini punya skor audiens yang tinggi, 88% di Rotten Tomatoes! 

Tapi di sisi lain, kritikus kayak Law Society Journal malah ngasih nilai cuma 1.5 dari 5. Waduh, jadi bingung, ya? Nah, di artikel ini kita bakal bahas bareng-bareng, fakta di balik layar, perbedaan film dan bukunya, sampai kontroversinya. 

Belum Nonton It Ends with Us? Kenalan Dulu Sama Ceritanya

sinopsi nonton It Ends with Us

Sebelum kamu ikut diskusi seru bareng penggemar lainnya, yuk kenalan dulu sama dunia It Ends with Us. Biar pas kamu nonton nanti, kamu nggak cuma tahu jalan cerita, tapi juga paham konteksnya.

Sinopsis Singkat: Ketika Cinta Bertemu Luka Lama

LemoList, kalau kamu lagi cari film drama yang emosional banget dan penuh keputusan sulit, nonton It Ends with Us bisa jadi yang mengguncang perasaan. 

Film ini bercerita tentang Lily Bloom, perempuan yang pindah ke Boston untuk memulai hidup baru dan membuka toko bunga impiannya.

Di kota baru itu, Lily jatuh cinta pada Ryle Kincaid, seorang dokter bedah saraf yang karismatik tapi ternyata menyimpan sisi gelap. Saat Ryle mulai menunjukkan sikap kasar, Lily dihantui kembali oleh kenangan pahit masa kecilnya, tentang sang ayah yang dulu juga melakukan kekerasan pada ibunya.

Dan belum selesai urusan itu, datanglah Atlas Corrigan, cinta pertama Lily, yang tiba-tiba muncul kembali di kehidupannya. Dari sinilah Lily harus memilih: 

Tetap bertahan dalam hubungan yang menyakitkan, atau keluar dan menyelamatkan dirinya sendiri.

Film ini diberi rating PG-13 karena memuat adegan kekerasan dalam rumah tangga, bahasa kasar, dan unsur seksual. Jadi, pastikan kamu siap secara emosional sebelum menonton, ya.

Baca Juga, Yah! Nonton Film The Shawshank Redemption: Makna, Ending, dan Review 

Siapa Aja Pemeran dan Tim di Balik Film Ini?

Kalau kamu penasaran kenapa film ini ramai dibicarakan, salah satu alasannya adalah deretan nama besar di balik layar dan di layar.

Berikut daftar pemain dan kru utama yang perlu kamu kenal sebelum nonton It Ends with Us:

  • Blake Lively sebagai Lily Bloom, sang tokoh utama yang jadi pusat cerita.
  • Justin Baldoni berperan sebagai Ryle Kincaid, kekasih Lily yang punya sisi gelap. Fun fact: dia juga jadi sutradaranya!
  • Brandon Sklenar memerankan Atlas Corrigan, cinta pertama Lily yang kembali muncul.
  • Jenny Slate tampil sebagai Allysa, saudara perempuan Ryle.
  • Hasan Minhaj sebagai Marshall, suami Allysa.
  • Isabela Ferrer dan Alex Neustaedter berperan sebagai Lily dan Atlas versi muda.

Nah, untuk kamu yang suka tahu dapur produksi:

  • Sutradara: Justin Baldoni.
  • Penulis Skenario: Christy Hall, bersama Colleen Hoover yang ikut menulis untuk versi film.
  • Produser: Alex Saks, Jamey Heath, Blake Lively, dan Christy Hall.
  • Studio: Columbia Pictures, Saks Picture Company, dan Wayfarer Studios.

Oh ya, satu elemen yang bikin nonton It Ends with Us makin terasa emosional adalah musiknya. Dalam trailernya aja udah diputar lagu ‘My Tears Ricochet’ dari Taylor Swift, dan ada lagi lagu Swift yang muncul di babak akhir film. Tambahan lainnya ada ‘Strangers’ dari Ethel Cain, yang ikut membangun suasana kelam dalam cerita.

Baca Juga, Yah! 8 Hal yang Nggak Kamu Sadari saat Nonton film Avengers: Infinity War

​​Udah Nonton It Ends with Us? Yuk Kupas Tuntas Perbedaan Film vs Buku

Udah Nonton It Ends with Us?

LemoList, buat kamu yang udah nonton It Ends with Us, pasti sadar deh: ada banyak momen yang terasa beda banget dari versi bukunya. Nah, di bagian ini, kita akan ngebedah perbedaan-perbedaan penting, mulai dari perubahan usia karakter sampai plot twist yang bikin kamu mikir, “Eh, ini nggak ada di bukunya deh?”

Perbedaan Karakter: Lily Nggak Lagi 23 Tahun

Kalau kamu baca bukunya duluan pasti kerasa bedanya pas nonton It Ends with Us, kamu pasti ingat Lily digambarkan masih 23 tahun. Tapi di versi filmnya? Umurnya udah diangkat ke pertengahan tiga puluhan. Bukan cuma Lily, Ryle juga mengalami penyesuaian usia.

  • Di novel, Lily masih 23 tahun, sedangkan Ryle 28 tahun.
  • Di film, Lily dan Ryle tampil jauh lebih dewasa—disesuaikan dengan usia para aktor: Blake Lively (35) dan Justin Baldoni (39).

Kenapa diubah? Colleen Hoover, sang penulis, ngaku bahwa pas dia nulis buku ini dulu, dia lagi ngikut tren “new adult”, jadi karakternya muda-muda. Tapi seiring waktu, dia merasa nggak masuk akal kalau ada dokter bedah saraf yang udah aktif kerja di usia 28. Nah, di film, semua disesuaikan supaya lebih realistis secara timeline kehidupan.

Tapi ya… perbedaan ini sempat bikin penggemar rame pro dan kontra di medsos, karena karakter Lily yang “fresh graduate” terasa beda banget auranya kalau dibandingin dengan versi filmnya yang lebih matang dan tenang.

Plot Twist dan Adegan yang Beda Banget

Siap-siap, LemoList, bagian ini bisa bikin kamu yang udah baca bukunya ngangkat alis. Soalnya banyak momen penting yang berubah ketka nonton It Ends with Us, mulai dari cara Lily dan Ryle ketemu, sampai penutupan ceritanya yang lebih menggantung.

Berikut beberapa perbedaan mencolok yang wajib kamu tahu:

  • Adegan Pembuka
    • Buku: Lily duduk di atap usai pemakaman ayahnya dan ketemu Ryle pertama kali.
    • Film: Lily balik ke rumah masa kecil dan mulai cerita dari sana.
  • Pidato Pemakaman
    • Di buku, Lily hampir ngasih pidato dan dihentikan karena terlalu jujur.
    • Di film, dia cuma pegang serbet kosong—tanda nggak ada hal baik yang bisa dia sebut soal ayahnya.
  • Pekerjaan Lily
    • Buku: Lily buka toko bunga sebagai fresh grad yang penuh harapan.
    • Film: Lily resign dari kerjaan aman demi ngejar mimpi, memperlihatkan keputusan berani yang lebih terasa dewasa.
  • Putusnya Lily dan Atlas
    • Di buku, ada adegan tragis dan alasan kenapa mereka nggak ketemu lagi.
    • Di film, momen perpisahan mereka lebih ambigu, bahkan kayak masih ada harapan lanjut.
  • Pengungkapan Masa Lalu Lily
    • Di buku, Lily langsung terbuka soal trauma KDRT di awal hubungan.
    • Di film, dia nahan cerita itu cukup lama—efek emosinya jadi nggak sekuat versi buku.
  • Lamaran Ryle
    • Buku: Mereka kawin lari di Vegas.
    • Film: Ryle spontan ngelamar Lily di rumah sakit setelah keponakannya lahir.
  • Nama Restoran Atlas
    • Buku: “Bib’s”, terinspirasi magnet “Better in Boston”.
    • Film: “Roots”, karena Lily ngajarin Atlas soal akar tanaman—simbol koneksi mereka.
  • Panggilan Bantuan
    • Buku: Lily hubungi Atlas dan dijemput.
    • Film: Lily langsung muncul di restoran Atlas dan dibawa ke rumah sakit.
  • Jenis Kelamin Bayi
    • Buku: Baru tahu setelah lahiran.
    • Film: Lily tahu lebih awal dan itu mendorong keputusan cerainya.
  • Jurnal Lily
    • Buku: Jurnal jadi alat bertahan Lily.
    • Film: Perannya kecil, bahkan hampir nggak punya impact emosional.
  • Masa Lalu Ryle
    • Buku: Ryle sendiri yang cerita soal insiden masa kecil.
    • Film: Allysa yang buka fakta kalau Ryle pernah membunuh saudaranya secara nggak sengaja.
  • Kue Kering Atlas
    • Buku: Biasa aja.
    • Film: Atlas lebih kreatif, pake Swiss Miss buat bikin cookies.
  • Akhir Cerita
    • Buku: Lily dan Atlas reunian yang manis dan penuh harapan.
    • Film: Saat nonton It Ends with Us, reuni mereka lebih halus, tanpa pelukan atau ciuman—kayak masih menggantung.

Fakta-Fakta Menarik di Balik Layar It Ends with Us

fakta nonton It Ends with Us

Kalau kamu sudah nonton It Ends with Us, pasti kepikiran deh: “Kok feel-nya beda ya dari versi bukunya?” Nah, ternyata banyak banget cerita seru dan keputusan kreatif di balik layar yang bikin film ini unik, baik dari sisi penulis, industri film, sampai respons penonton. 

Adaptasi Pertama Colleen Hoover ke Layar Lebar

Waktu Colleen Hoover tahu bukunya bakal diadaptasi, dia nggak sekadar duduk manis dan nonton hasil akhirnya. Justru, Colleen turun langsung dan berani melakukan revisi besar-besaran terhadap karya aslinya!

Awalnya, tokoh Lily diceritakan masih muda banget, karena waktu itu genre “new adult” sedang hits. Tapi, Colleen kemudian sadar: masa iya seorang ahli bedah saraf seperti Ryle bisa selesai sekolah dan kerja di usia dua puluhan? Nggak masuk akal, ya.

Makanya, di versi film, Colleen “memperbaiki kesalahan” itu dengan cara mengubah usia Lily dan Ryle jadi pertengahan 30-an. Selain itu, dia juga menambahkan beberapa twist baru supaya filmnya tetap fresh, terutama buat kamu yang udah baca novelnya. 

Budget, Box Office, dan Soundtrack: Semua Serba Fantastis

Bukan cuma cerita yang emosional, tapi secara teknis dan finansial, film ini juga mencuri perhatian. Kalau kamu nonton It Ends with Us sambil mikir, “Kok production-nya kelihatan mewah banget, ya?”, yup, kamu nggak salah.

Film ini diproduksi dengan budget sekitar $25 juta, tapi sukses besar di box office. Cuma dalam akhir pekan pembukaan, film ini langsung menghasilkan $50 juta di AS dan Kanada! Total pemasukan globalnya tembus $351 juta, angka yang bikin studio Hollywood langsung semangat buat adaptasi novel lainnya.

Kontroversi dan Reaksi Penggemar

Tapi, di balik semua prestasi dan pujian, bukan berarti It Ends with Us lolos dari sorotan kritis. Terutama dari penggemar setia bukunya.

Banyak yang protes karena Blake Lively (35) dan Justin Baldoni (39) dinilai terlalu tua untuk memerankan Lily dan Ryle, karakter yang di buku berusia 23 dan 28 tahun. Beberapa fans bilang, chemistry-nya jadi agak janggal dan nggak sejalan sama bayangan mereka waktu baca novel.

Belum lagi ending-nya. Meskipun emosi tetap terasa, sebagian penonton merasa film ini kurang klimaks dan terlalu terburu-buru di bagian akhir. Tapi di sisi lain, ada juga yang justru mengapresiasi interpretasi film yang lebih matang dan realistis.

It Ends with Us adalah Kisah Luka yang Menginspirasi?

Pada akhirnya, nonton It Ends with Us bukan sekadar kisah cinta atau drama keluarga, tapi tentang keberanian untuk memutus siklus yang menyakitkan. Film ini berhasil mengemas luka menjadi kekuatan, lewat akting penuh emosi dari Blake Lively dan narasi yang terasa jujur. 

Meskipun nggak semua penggemar setuju dengan perubahan dari versi novel, film ini tetap punya daya tarik tersendiri, baik untuk yang baru kenal ceritanya, maupun yang sudah lama jatuh cinta sejak halaman pertama.

Jadi, kamu tim “lebih suka bukunya” atau “filmnya ngena banget”? Apapun pilihanmu, cerita Lily tetap membuka ruang diskusi soal cinta, trauma, dan penyembuhan. Kalau kamu suka bahas film kayak gini, yuk eksplor lebih banyak artikel review dan cerita seru lainnya di Lemo Blue – Berita Musik dan Film! Siapa tahu, tontonan berikutnya udah nunggu kamu di sana!

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *