Nonton film Paths of Glory bakal ngajak kamu LemoList menyelami perang dunia pertama dengan cara yang nggak biasa. Dirilis pada 25 Desember 1957 dan disutradarai Stanley Kubrick, film berdurasi 88 menit ini punya gaya visual hitam-putih yang bikin dunia lumpur, asap, dan bayangan terasa hidup.
Kirk Douglas nggak cuma main, tapi juga jadi co-producer, bikin Kubrick bisa mengeksekusi visinya.
Film ini terkenal karena kritik anti-perangnya yang tajam, adegan parit yang memukau, dan ending yang menyayat hati dengan nyanyian seorang gadis Jerman. Meski sempat dibanned, Paths of Glory tetap jadi masterpiece klasik yang wajib ditonton.
Table of Contents
Sinopsis Paths of Glory

Nonton film Paths of Glory bakal ngajak kamu masuk langsung ke dunia parit Perang Dunia I yang keras, penuh intrik, dan absurdnya birokrasi militer.
Latar dan Setting
Cerita berlangsung di Perancis, tahun 1916, di tengah Perang Dunia I. Film ini menyoroti jurang sosial antara para tentara di parit yang sempit dan mencekam dengan perwira tinggi yang tinggal di chateau mewah, jauh dari realitas perang.
Kubrick menyorot ketidakadilan militer dan korupsi, sambil membungkusnya dalam kisah anti-perang yang kuat, berdasarkan novel Humphrey Cobb yang terinspirasi kejadian nyata eksekusi tentara karena serangan gagal.
Baca Juga, Yah! The Aviator (2004): Ketika Obsesi dan Kejeniusan Bertabrakan di Langit Hollywood
Alur Cerita Utama
Konflik dimulai ketika General Broulard memerintahkan General Mireau menyerang posisi Jerman yang nyaris mustahil, disebut “The Anthill”.
Meskipun tahu serangan itu akan memakan korban tinggi, Mireau menerima demi ambisi pribadi. Colonel Dax, mantan pengacara sekaligus komandan batalion, terpaksa memimpin pasukan dalam misi bunuh diri ini, mengikuti perintah meski penuh keraguan.
Konflik dan Eksekusi
Serangan gagal, dan untuk menutupi kegagalan, Mireau memilih tiga tentara untuk dieksekusi: satu diundi, satu dianggap “sosial tidak layak,” dan satu saksi ketidakmampuan perwira.
Dax menentang keputusan ini dan berusaha membela mereka di pengadilan militer, tapi pengadilan itu hanyalah formalitas konyol yang memperlihatkan betapa sistem militer bisa kejam dan absurd.
Baca Juga, Yah! 6 Fakta Menarik Film Zathura: Jadi Mau Rewatch Deh!
Akhir Cerita dan Pesan Moral
Film ini menolak memberi penyelamatan detik terakhir. Para tentara tetap menjadi pion yang tak berarti, menegaskan pesan anti-perang Kubrick.
Adegan penutup dengan gadis Jerman yang takut menyanyi di hadapan tentara mabuk menambah kesan pilu dan membuat penonton merasa “lebih hampa,” menyampaikan kritik mendalam tentang kekuasaan, ambisi, dan kesewenangan militer.
Review Film Paths of Glory

Kalau kamu LemoList penasaran sama kenapa Paths of Glory disebut masterpiece, bagian review ini bakal kupas tuntas pencapaian Kubrick, tema, akting, dan dampaknya yang tetap relevan sampai sekarang.
Pencapaian Kubrick
Nonton film Paths of Glory jelas menunjukkan Kubrick mulai menancapkan reputasinya sebagai sutradara legendaris. Dengan durasi 88 menit, ia sudah menampilkan komposisi kamera Kubrickian, long takes, dan tracking shot yang menegangkan.
Setiap adegan perang di parit dibuat sedemikian rupa, dari mengikuti Colonel Dax melewati lumpur hingga tentara yang menuju No Man’s Land, semuanya menembus emosi penonton.
Fotografi hitam-putih dan sound design yang dominan perkusi menambah ketegangan, sebelum akhirnya diakhiri melodi vokal yang emosional di adegan penutup.
Tema dan Pesan Anti-Perang
Film ini adalah serangan sinis terhadap perang dan birokrasi militer. Nonton film Paths of Glory bikin kamu merasakan kontras tajam antara parit sempit, gelap, dan penuh bahaya dengan kemewahan chateau para perwira.
Film menyoroti ketidakadilan, korupsi, dan absurditas perintah militer, seperti perhitungan korban 55–65% demi ambisi perwira. Pengadilan militer yang digambarkan Kubrick jauh dari keadilan, memperlihatkan tentara sebagai pion tanpa nilai, disakralkan demi reputasi dan disiplin.
Akting dan Karakter
Penampilan para aktor bikin cerita makin hidup saat kamu nonton film Paths of Glory:
- Kirk Douglas (Col. Dax): emosi dan kepintaran karakter tertuang penuh, membentuk pusat moral film. Douglas juga jadi co-producer, memberi kontrol kreatif Kubrick.
- George Macready (Gen. Mireau): sombong, ambisius, dan detil dialognya memancarkan kepura-puraan dan kekuasaan.
- Adolphe Menjou (Gen. Broulard): licik dan patronizing, sempurna sebagai lambang korupsi militer.
- Ralph Meeker, Timothy Carey, Joe Turkel: tiap karakter tentara membawa keunikan tragis masing-masing, dari yang disiksa nasib sampai yang dipilih secara arbitrer.
Adegan Penutup yang Berkesan
Adegan terakhir dengan gadis Jerman menyanyi “The Faithful Hussar” di bistro menghadirkan momen tenang dan pilu di tengah kekejaman perang.
Alih-alih memberi resolusi, adegan ini meninggalkan penonton lebih hampa dan reflektif, membuat nonton film Paths of Glory terasa seperti pengalaman emosional yang mendalam dan tak terlupakan.
Penerimaan Kritikus dan Dampak Historis
Paths of Glory mendapat pengakuan luas: 96% Tomatometer, 95% Popcornmeter, dan 8.4/10 IMDb. Film ini sempat dilarang di Prancis hingga 1975 dan Spanyol hingga 1986, karena kritik keras terhadap militer.
Meski awalnya tidak sukses komersial, film ini kini dianggap klasik dan tonggak penting karier Kubrick, menjadi standar untuk film perang Perang Dunia I sebelum muncul film seperti 1917 atau All Quiet on the Western Front.
Daftar Pemain dan Kru Film

Kalau kamu LemoList tertarik melihat siapa saja yang membuat Paths of Glory terasa hidup, mari kita intip daftar sutradara, penulis, dan para pemeran yang menjadikan film ini klasik abadi.
Sutradara dan Penulis
Nonton film Paths of Glory jelas terasa sentuhan Stanley Kubrick, yang juga ikut menulis skenarionya bersama Calder Willingham dan Jim Thompson.
Cerita film ini diadaptasi dari novel Humphrey Cobb, membentuk fondasi anti-perang yang kuat dan kritik sosial yang tajam. Kubrick membawa visi kreatifnya dengan ketelitian yang akhirnya menegaskan reputasinya sebagai sutradara legendaris.
Pemeran Utama
Para pemeran utama bikin film ini makin berkesan saat kamu nonton film Paths of Glory:
- Kirk Douglas (Colonel Dax): Co-producer sekaligus pemeran utama, menampilkan puncak karier aktingnya dan menjadi pusat moral cerita.
- George Macready (General Mireau): Perwira ambisius dan sombong, penuh kekuasaan dan detasemen.
- Adolphe Menjou (General Broulard): Licik dan patronizing, mewakili korupsi militer.
- Ralph Meeker (Corporal Philippe Paris): Tentara berani yang tak adil diperlakukan, tampil emosional dan mengesankan.
Pemeran Pendukung dan Karakter Penting
Selain pemeran utama, karakter pendukung juga menambah ketegangan dan kedalaman cerita saat nonton film Paths of Glory:
- Wayne Morris (Lieutenant Roget): Perwira mabuk yang ikut menentukan eksekusi tentara.
- Timothy Carey (Private Maurice Ferol): Dipilih secara arbitrer untuk dieksekusi, menampilkan akting unik hingga Kubrick melakukan puluhan take.
- Joe Turkel (Private Pierre Arnaud): Tentara paling sial, diundi sebagai korban, menghadirkan kutipan menohok tentang takut sakit versus mati.
- Richard Anderson (Major Saint-Auban): Ajudan Mireau yang sinis sekaligus jaksa dalam pengadilan militer.
- Emile Meyer (Father Dupree): Imam yang dipanggil untuk tentara terancam hukuman.
- Bert Freed (Sergeant Boulanger): Sersan tanpa belas kasihan.
- John Stein (Captain Rousseau): Komandan artileri yang tenang dan profesional.
- Christiane Kubrick (German Singer): Menyanyikan “The Faithful Hussar” di adegan penutup yang menyentuh hati, kemudian menikah dengan Kubrick.
Warisan dan Pesan Abadi Paths of Glory
Nonton film Paths of Glory bikin kamu LemoList menyadari betapa Kubrick piawai menggabungkan kritik sosial, visual memukau, dan akting luar biasa menjadi satu pengalaman sinematik yang tak terlupakan.
Lebih dari sekadar film perang, Paths of Glory adalah karya yang memadukan akting Kirk Douglas, pengaturan kamera Kubrickian, dan cerita anti-perang yang tajam menjadi masterpiece.
Kalau kamu LemoList ingin mengeksplor lebih banyak kisah menarik dan analisis mendalam tentang musik dan film, jangan lupa terus menjelajahi Lemo Blue – Berita Musik dan Film!