Film Joker bukan cuma kisah penjahat super yang biasa kamu lihat di layar lebar

Review Film Joker, Apakah Overhyped Doang? Ini 5 Faktanya 

Film Joker bukan cuma kisah penjahat super yang biasa kamu lihat di layar lebar, LemoList! Dari awal, film ini udah bikin geger dunia perfilman dengan standing ovation delapan menit di Venice Film Festival dan segudang penghargaan yang diraih Joaquin Phoenix. 

Tapi di balik riasan badut dan tawa yang bikin merinding, ada cerita getir tentang Arthur Fleck, seorang komedian gagal yang terjebak dalam kerasnya hidup kota Gotham. Yuk, kita kulik bareng gimana Joker menggabungkan drama psikologis, pesan sosial, dan detail produksi yang bikin film ini susah dilupain.

Review Film Joker – Masterpiece atau Overhyped?

Review Film Joker

Sejak pertama kali tayang, film Joker udah bikin dunia perfilman rame banget. Ada yang bilang ini karya sinema luar biasa, ada juga yang merasa hype-nya kebangetan. 

Faktanya, film ini sempat nangkring di daftar Top 10 Highest-Rated Movies of All Time IMDb dan sukses bikin penonton berdiri tepuk tangan selama delapan menit di Venice Film Festival. Tapi di balik semua sorotan itu, ada beragam cerita dan reaksi yang layak kita bahas.

Baca Juga, Yah! Nonton It Ends with Us, Worth It Nggak Sih? Review, Fakta, dan Diskusi!

Standing Ovation 8 Menit di Venice Film Festival

Debut film Joker di Venice jadi momen bersejarah. Bayangin aja, penayangan perdananya dapet standing ovation delapan menit penuh, sampai akhirnya diganjar penghargaan tertinggi festival: Golden Lion. Pencapaian ini langsung mengangkat reputasi film dan bikin banyak orang penasaran.

Akting Joaquin Phoenix yang Melegenda

Transformasi Joaquin Phoenix jadi Arthur Fleck adalah salah satu alasan kenapa film Joker begitu ikonik. Dia total menurunkan berat badan 23,6 kg demi peran ini, menulis sendiri isi jurnal Arthur, sampai improvisasi tarian di kamar mandi yang sekarang jadi adegan legendaris. 

Tawa khas Joker ia pelajari dari video orang dengan kondisi tawa patologis, sementara gerakannya terinspirasi bintang film bisu seperti Buster Keaton. Hasilnya? 27 penghargaan, termasuk Oscar, Golden Globe, SAG, dan BAFTA.

Penyutradaraan dan Sinematografi Todd Phillips

Todd Phillips merancang film Joker dengan visi yang matang. Bareng Scott Silver, dia menulis karakter Arthur Fleck khusus untuk Phoenix. Nuansa visual dibuat bergaya old-school, riasan badut dirancang seperti “antik” dengan bibir merah kecokelatan, dan musik Hildur Guðnadóttir diputar langsung di lokasi syuting untuk membangun mood. 

Pengaruh film klasik seperti Taxi Driver, The King of Comedy, dan The Man Who Laughs terasa kental. Menariknya, hampir semua adegan dikerjakan tanpa CGI, membuatnya terasa realistis dan intim.

Kritik dan Kontroversi yang Mengiringi

Walau menuai pujian, film Joker juga menuai kritik. Ada yang merasa ceritanya lambat, terlalu panjang, atau seperti trailer dua jam. Kekerasan di dalamnya memicu kekhawatiran, terutama setelah insiden penembakan di bioskop Aurora. 

Beberapa kritikus bahkan menilai film ini terlalu “tergila-gila” pada karakter Joker dan akan biasa saja kalau tokohnya bukan dia. Namun, skor 89% dari penonton di Rotten Tomatoes nunjukin kalau mayoritas penonton tetap menganggapnya layak tonton.

Pesan-Pesan yang Terselip dalam Film Joker

Pesan-Pesan yang Terselip dalam Film Joker

Di balik riasan tebal dan tawa yang bikin bulu kuduk berdiri, film Joker sebenarnya menyimpan kritik sosial yang dalam. Cerita Arthur Fleck bukan cuma soal menjadi penjahat, tapi juga potret masyarakat yang sering kali menutup mata pada mereka yang terpinggirkan.

Potret Kelalaian dan Pengabaian Sosial

Perjalanan Arthur menuju Joker adalah hasil dari rasa diabaikan. Pesan ini tegas: ketika orang yang membutuhkan bantuan dibiarkan begitu saja, mereka bisa jatuh makin dalam. Film ini seolah bilang, “ketidakpedulian bisa memupuk kegilaan”.

Kesenjangan Kelas dan Korupsi yang Mengakar

Film Joker menyorot tajam jarak antara kaya dan miskin. Arthur mewakili mereka yang tak punya suara, sementara kelas atas seperti Thomas Wayne digambarkan arogan dan tak peduli. Setting 1981 yang suram bikin kritik ini terasa makin relevan.

Ajakan untuk Empati dan Rasa Hormat

Walau penuh kekerasan, ada ajakan untuk bersikap manusiawi. Film ini mengingatkan kamu untuk memperlakukan semua orang dengan hormat, bahkan mereka yang “berbeda”. Arthur adalah contoh ekstrem dari apa yang bisa terjadi kalau empati hilang dari masyarakat.

Kontroversi Pesan dan Interpretasi Kekerasan

Pesan film Joker soal kekerasan memicu perdebatan. Ada yang khawatir film ini memicu aksi nyata, tapi banyak juga yang melihatnya sebagai peringatan, bukan ajakan. Phillips dan Phoenix berhasil menciptakan cerita yang bikin penonton mikir, kapan harus simpati, dan kapan harus waspada.

Fakta-Fakta Menarik Seputar Film Joker

Fakta-Fakta Menarik Seputar Film Joker

Kalau kamu kira film Joker cuma menang di cerita dan akting, tunggu sampai tahu kisah di balik layarnya. Dari diet ekstrem sampai drama antaraktor, semua detail ini bikin rasa penasaran makin tinggi. Yuk, kita bongkar satu per satu.

Perjuangan Joaquin Phoenix Mewujudkan Arthur Fleck

Buat jadi Arthur Fleck yang rapuh sekaligus mengerikan, Joaquin Phoenix nggak main-main. Tawanya yang khas ternyata terinspirasi dari penderita tawa patologis dan dia bahkan meng-audisi sendiri beberapa jenis tawa ke Todd Phillips. 

Ada tawa penuh penderitaan, tawa sosial yang kaku, sampai tawa tulus yang justru terasa getir. Phoenix juga nurunin berat badan sampai 23,6 kg demi gerak tubuh yang luwes, bahkan berlari mirip karakter kartun. 

Adegan ikonik kayak tarian di kamar mandi? Itu hasil improvisasi murni. Dia mempelajari gerak Buster Keaton, menulis sendiri jurnal Arthur, dan sengaja nggak ngikutin versi Joker sebelumnya. Kerja kerasnya kebayar: 27 penghargaan bergengsi termasuk Oscar.

Visi Todd Phillips dan Detail Produksi yang Tak Biasa

Todd Phillips punya visi jelas buat film Joker, dan cara dia eksekusi jauh dari biasa. Peran Arthur Fleck ditulis khusus untuk Phoenix, tapi proses persetujuan studio penuh rintangan. Latar tahun 1981 dipilih supaya lepas dari DC Extended Universe, lengkap dengan mobil 70-an dan estetika grainy yang didapat dari trik “film ulang”.

Musik dari Hildur Guðnadóttir sudah dibuat sebelum syuting dimulai, bahkan diputar di set untuk bangun suasana. Efek CGI nyaris nggak ada, semuanya mengandalkan trik kamera dan properti asli. 

Rating R sempat nyaris dipangkas, tapi Phillips ngotot mempertahankannya demi tone yang autentik. Bahkan riasan badut Arthur dibuat miring dan berkesan usang untuk nyimbolin ketidaksempurnaan hidupnya.

Deretan Cast dan Inspirasi Film

Chemistry pemain di film Joker unik banget. Joaquin Phoenix dan Robert De Niro (meski saling kagum) nyaris nggak ngobrol di lokasi syuting karena beda gaya kerja. Cast Thomas Wayne bahkan sempat diganti mendadak dari Alec Baldwin ke Brett Cullen.

Inspirasi film ini nyambung ke karya-karya Martin Scorsese seperti Taxi Driver dan The King of Comedy, plus novel grafis Batman: The Killing Joke. Gaya badut dan gerakan Arthur banyak terinspirasi film bisu The Man Who Laughs dan karakter Little Tramp dari Charlie Chaplin. 

Fun fact, ini film komik pertama Phoenix, padahal dia sempat nolak dua tawaran Marvel sebelumnya.

Lokasi Syuting yang Jadi Ikon

Gotham City versi film Joker dibangun dari lokasi nyata yang sekarang jadi tempat ziarah fans. Gotham Square diambil dari Broad & Market Streets di Newark. Adegan subway direkam di Brooklyn dan Bronx dengan kereta jadul 70–80-an. Tangga “Joker Stairs” di Bronx bahkan masuk Google Maps sebagai “tujuan religius”.

Interior Wayne Hall memanfaatkan kemegahan Kings Theater dan Hudson County Superior Court. Klub Dangerfield’s jadi panggung stand-up Arthur, sementara Arkham State Hospital sebenarnya Brooklyn Army Terminal Annex Building.

Detail Kecil dan Trivia Unik yang Jarang Diketahui

Kalau diperhatiin, banyak detail tersembunyi di film Joker. Jurnal pribadi Arthur ditulis tangan langsung oleh Phoenix. Tongkat ajaibnya dibuat dari Wobble Wand yang goyah kalau dipegang. Bahkan gaya lari khasnya—dijuluki “Arthur’s Run”—pun jadi ciri ikonik.

Film ini sempat tembus daftar Top 10 IMDb, menarik 741 ribu pencarian di Pornhub, dan punya adegan-adegan yang akhirnya dipotong. Ada juga cameo komedian Sam Morril yang pakai nama asli meski setting tahun 1981. Detail kecil ini bikin filmnya punya lapisan tambahan buat dibongkar penonton setia.

Joker, Lebih dari Sekadar Film Villain

Akhirnya, film Joker membuktikan kalau kisah penjahat bisa disajikan dengan kedalaman yang bikin kita merenung. Dari transformasi Joaquin Phoenix yang total habis-habisan, detail produksi yang teliti, sampai pesan sosial yang nyelekit, semuanya meramu satu karya yang susah dilupakan. 

Joker bukan cuma tontonan, tapi juga cermin gelap yang nunjukin sisi rapuh manusia, bahkan yang kita pikir paling kuat sekalipun. Kalau LemoList merasa film ini cuma soal kekacauan, coba tonton sekali lagi dan perhatiin detailnya. 

Siapa tahu, kamu bakal menemukan lapisan-lapisan baru yang sebelumnya terlewat. Dan kalau mau ngulik lebih banyak kisah seru di dunia musik dan film, Lemo Blue siap nemenin kamu tiap harinya. Yuk, lanjut eksplor dan temukan cerita-cerita lain yang nggak kalah bikin mikir!

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *