Sinopsis Thunderbolts

Thunderbolts * (2025): Kayak Bukan Film Marvel

Thunderbolts adalah film ke-36 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) ini seperti pesta gila yang menutup Phase 5 dengan gaya yang nggak kamu duga. Gabungan dark comedy, psychological drama, dan aksi berdarah-darah yang bikin kamu mikir, “Ini beneran film Marvel, ya?” 

Disutradarai Jake Schreier dan ditulis oleh Eric Pearson bareng Joanna Calo, kisah berdurasi dua jam lebih dikit ini ngebawa nuansa kelam dan jujur yang jarang banget muncul di MCU.

Sinopsis Thunderbolts* — Tim Antihero yang Nggak Mau Jadi Pahlawan

Sinopsis Thunderbolts* — Tim Antihero yang Nggak Mau Jadi Pahlawan

Kamu pasti nggak nyangka, Thunderbolts datang bukan buat jadi pahlawan penyelamat dunia kayak Avengers. Film ini justru ngumpulin para “bekas masalah” MCU—orang-orang rusak yang nyoba benerin hidupnya sendiri. 

Ceritanya dimulai saat Valentina Allegra de Fontaine (Val), bos CIA yang super licik, nyusun misi berbahaya demi nutupin semua jejak kotor yang bisa menjatuhkan kariernya. 

Di bawah kendalinya, ada Yelena Belova, Bucky Barnes, Red Guardian, Ghost, Taskmaster, dan John Walker. Tapi, situasi makin absurd ketika mereka sadar kalau ternyata Val udah ngejebak mereka buat saling menyingkirkan.

The Void dan Bahaya dari Dalam Diri

Nah, di sinilah Thunderbolts makin gelap. Val ternyata punya proyek rahasia bernama Sentry Project, dan eksperimen itu ngebangkitin sosok bernama Bob—orang biasa yang berjuang lawan depresi. 

Tapi kekuatan “sejuta matahari meledak” yang dia dapetin malah ngebangkitin sisi tergelapnya: The Void.

Tim Thunderbolts yang awalnya saling curiga akhirnya harus kerja bareng buat ngelawan The Void sekaligus ngadepin luka batin masing-masing.

Perjalanan Penuh Luka dan Penebusan

Sepanjang film, kamu bakal ngerasa kayak lagi ikut sesi terapi bareng para antihero ini. Thunderbolts bukan cuma soal ledakan dan aksi brutal, tapi perjalanan tentang gimana seseorang bisa berdamai sama masa lalu, depresi, dan rasa bersalahnya.

Setiap anggota tim punya bayang-bayang yang mereka bawa, dan lewat misi kacau ini, mereka belajar satu hal: kadang penyelamatan terbesar datang dari keberanian buat ngampuni diri sendiri.

Baca Juga, Yah! Rekap Eyes of Wakanda: Ini Ngubah Sejarah MCU dari Awal Banget Sih!

Penjelasan Ending Thunderbolts* — Dari “Antihero” Jadi The New Avengers

Penjelasan Ending Thunderbolts

Kalau kamu pikir ending Thunderbolts bakal heroik kayak film Marvel pada umumnya, siap-siap kaget. Bagian akhirnya justru jadi sesi paling emosional sekaligus absurd dari seluruh film. 

Klimaks: Pertarungan Dalam Pikiran The Void

The Void mulai menghapus orang-orang New York kayak debu. Mereka bukan mati, tapi terjebak di dunia pikiran mereka sendiri, dipaksa ngulang trauma terkelam. 

Yelena, yang punya koneksi batin sama Bob, nekat masuk ke bayangan The Void buat nyelamatin dia. Tim Thunderbolts nyusul tanpa banyak mikir. 

Tapi begitu mereka sadar kalau perlawanan fisik cuma bikin The Void makin kuat, Yelena ganti strategi: dia peluk Bob dan bilang, “You’re not alone.” Momen itu bikin semua anggota tim ikut melingkar, kayak terapi kelompok paling chaotic di MCU.

Bukannya konyol, adegan ini justru jadi titik tenang—Bob akhirnya tenang, The Void memudar, dan semua orang yang hilang balik lagi ke dunia nyata.

Twist: The New Avengers Lahir dari Kebohongan

Setelah badai reda, tim Thunderbolts langsung nyamperin Valentina buat ngasih karmanya. Tapi ya, Val tetap Val—selalu punya jalan keluar licik. 

Dia malah nyeret tim itu ke depan wartawan dan ngumumin kalau kelompok ini adalah proyek ciptaannya. Tanpa izin siapa pun, dia menamai mereka The New Avengers di depan publik. 

Yelena cuma nyengir, nyamperin Val, dan bisik pelan, “We own you now.” Tapi tetap, rasa puas itu setengah matang karena Val keluar tanpa hukuman. 

Di layar terakhir, tulisan Thunderbolts* berubah jadi The New Avengers—asterisk itu akhirnya punya makna sebenarnya.

Post-Credits Scene Gokil

Setelah emosi rollercoaster di ending, Marvel kasih dua bonus adegan buat bikin kamu senyum (dan mikir).

  1. Mid-Credit Scene: Red Guardian tampil necis di supermarket, maksa orang beli sereal Wheaties bergambar New Avengers. Konyol banget tapi pas buat nutup karakter yang haus pengakuan.
  2. Post-Credit Scene: 14 bulan kemudian, tim lagi ribut karena Sam Wilson alias Captain America ngegugat mereka soal penggunaan nama “Avengers.” Ketika mereka debat soal ganti nama jadi New Avengerz, tiba-tiba radar nangkep pesawat asing. Kamera nge-zoom… dan boom — logo Fantastic Four muncul! MCU resmi buka pintu ke babak baru yang kemungkinan bakal lebih liar dari Thunderbolts.

Baca Juga, Yah! Rekap Marvel Zombies (2025): Mau Ngubah Masa Depan MCU Kah? 

Review Thunderbolts* Versi Lemo Blue — Layak Ditonton Nggak, LemoList?

Review Thunderbolts* Versi Lemo Blue

Kalau kamu udah mulai bosan sama film Marvel yang terasa itu-itu aja, Thunderbolts datang kayak napas baru di tengah kekacauan MCU. 

Film ini masih punya aksi dan humor khas Marvel, tapi bawa rasa yang lebih gelap dan jujur. 

Ceritanya nyentuh hal-hal yang jarang dibahas di semesta pahlawan super — soal depresi, trauma, dan gimana rasanya nyembuhin diri setelah kacau.

Yang Bikin Nagih dari Thunderbolts

Dari segi kualitas, Thunderbolts lumayan solid. Di Rotten Tomatoes, film ini duduk manis dengan 88% Tomatometer, sementara di IMDb dapet skor 7.1/10. Banyak yang bilang ini salah satu film MCU paling segar setelah Endgame.

Florence Pugh benar-benar jadi magnet utama sebagai Yelena Belova — lucu, getir, tapi tetap badass. Chemistry-nya sama David Harbour (Red Guardian) juga dapet banget, bikin momen emosional terasa natural. 

Ceritanya rapi, fokus, dan nggak terseret multiverse nonsense. Secara visual juga keren, terutama shot overhead yang bikin adegan pertempuran kelihatan megah tapi tetap manusiawi.

Yang Masih Kurang Nendang

Meski begitu, Thunderbolts nggak sempurna. Beberapa karakter kayak Ghost dan Bucky terasa kurang digali. Beberapa humor juga tabrakan dengan tone gelap yang lagi dibangun. 

Aksinya sih lumayan, tapi nggak sampai bikin rahang jatuh kayak film Marvel zaman dulu. 

Beberapa penonton juga bilang ending-nya agak patah semangat — klimaksnya lewat “pelukan penyembuhan” yang berani tapi terkesan terlalu cepat selesai. 

Sementara twist akhir soal Val dan The New Avengers terasa lebih politis daripada heroik.

Skor Akhir Lemo Blue

Dari semua keanehan dan emosi yang ditawarkan, Thunderbolts tetap jadi tontonan yang berani. MCU akhirnya kelihatan “manusia” lagi, dan itu patut diapresiasi.

Skor Lemo Blue: 8.2/10 — gelap, lucu, agak rusak, tapi tetap punya hati.

Daftar Pemain Thunderbolts*

Sebelum kamu nonton Thunderbolts, seru banget buat kenalan dulu sama siapa aja yang bakal bikin film ini hidup. Deretan pemainnya nggak main-main — mulai dari wajah-wajah lama MCU sampai karakter baru yang siap bikin kisah ini makin kompleks. Yuk, cek satu per satu!

  • Florence Pugh sebagai Yelena Belova
  • Sebastian Stan sebagai Bucky Barnes
  • Julia Louis-Dreyfus sebagai Valentina Allegra de Fontaine
  • Lewis Pullman sebagai Robert Reynolds / The Sentry (Bob)
  • David Harbour sebagai Alexei Shostakov / Red Guardian
  • Wyatt Russell sebagai John Walker / U.S. Agent
  • Hannah John-Kamen sebagai Ava Starr / Ghost
  • Olga Kurylenko sebagai Antonia Dreykov / Taskmaster
  • Geraldine Viswanathan sebagai Mel
  • Chris Bauer sebagai Holt
  • Wendell Pierce sebagai Congressman Gary

MCU Akhirnya Berani Jadi “Manusia” Lagi

Thunderbolts  berani menelanjangi sisi gelap para antihero yang biasanya disembunyikan: rasa bersalah, kehilangan, dan usaha buat menebus masa lalu. 

Ending-nya memang nggak sepenuhnya manis, tapi justru di situlah letak kejujurannya—bahwa penyembuhan butuh waktu, dan nggak semua luka bisa sembuh dalam satu film.

Buat kamu yang udah mulai jenuh sama formula klasik MCU, Thunderbolts bisa jadi angin segar. Film ini bikin kita sadar kalau bahkan para pahlawan pun bisa rapuh. 

Nah, kalau kamu suka bahasan seperti ini, stay tuned di Lemo Blue, karena kita bakal ngebahas lebih banyak film keren dengan gaya santai khas LemoList!