The Third Man (1949) adalah film noir klasik yang sampai sekarang masih sering dibahas karena ceritanya yang gelap, penuh misteri, dan punya ending paling nyesek sepanjang sejarah sinema.
Kamu akan diajak masuk ke kota Vienna pasca Perang Dunia II yang udah hancur lebur, dipenuhi bayangan, pasar gelap, dan intrik politik.
Film besutan sutradara Carol Reed ini ditulis bareng Graham Greene dan Alexander Korda, bahkan sukses bawa pulang satu Oscar dari total enam kemenangan dan empat nominasi.
Table of Contents
Sinopsis The Third Man – Misteri di Kota Vienna yang Kacau Balau

LemoList, bayangin kamu lagi diajak jalan ke Vienna pasca Perang Dunia II. Kota ini hancur parah, penuh bayangan gelap, dan dipaksa hidup di bawah empat kekuasaan: Inggris, Amerika, Uni Soviet, dan Prancis. Situasi berantakan ini bikin ekonomi jalan lewat pasar gelap, dan dari sinilah cerita The Third Man mulai bergulir.
Vienna dalam The Third Man bukan sekadar latar, tapi karakter itu sendiri. Bangunan rusak, jalanan gelap, dan moral orang-orangnya ikut remuk. Di balik kota yang terbagi empat penjuru ini, segala transaksi kotor tumbuh subur.
Masuknya Holly Martins ke Misteri
Kamu kenalan sama Holly Martins, seorang penulis novel murahan asal Amerika yang datang ke Vienna karena diundang sahabat lamanya, Harry Lime. Begitu nyampe, bukannya reuni, Holly malah dapat kabar Harry sudah mati tertabrak mobil dan langsung dikubur. Dari sini, rasa penasaran Holly meledak.
Misteri “The Third Man”
Semakin Holly gali, semakin banyak rahasia muncul. Ia bertemu dengan Anna Schmidt, kekasih Harry, dan juga Mayor Calloway dari polisi militer Inggris. Calloway blak-blakan bilang kalau Harry bukan orang baik—dia bandar pasar gelap yang menjual penisilin oplosan. Obat itu bikin anak-anak sakit meningitis nggak tertolong.
Di tengah investigasi, muncul cerita ganjil: ada sosok misterius, “the third man,” yang katanya ikut mengangkat tubuh Harry waktu kecelakaan.
Pertanyaan itu bikin Holly makin nekat mencari kebenaran. Sampai akhirnya, lebih dari sejam film berjalan, The Third Man kasih kejutan: Harry Lime ternyata masih hidup, muncul dengan gaya paling ikonik di layar lebar.
Baca Juga, Yah! The Seventh Seal (1958) Main Catur Sama Kematian, Siapa yang Menang?
Ending The Third Man – Kenapa Bisa Jadi Ikonik?

Kalau sinopsisnya udah bikin kamu penasaran, tunggu sampai lihat gimana ending The Third Man dieksekusi. Bagian penutup film ini terkenal banget karena satu long-take shot yang dingin sekaligus elegan, bikin penonton ngerasa digantung dalam nuansa pahit.
Pertemuan di Ferris Wheel
Di titik ini, Holly Martins akhirnya tahu sahabatnya, Harry Lime, masih hidup. Mereka ketemu di Ferris wheel, lokasi yang jadi simbol kontras: pemandangan indah di atas, tapi obrolannya gelap.
Harry dengan santainya ngomongin bisnis obat oplosan yang bikin banyak anak meninggal, seolah nggak ada rasa bersalah.
Bahkan, dia ngelempar “Cuckoo Clock speech” yang sampai sekarang masih dianggap salah satu monolog paling ikonik di sejarah film. Lebih sadis lagi, Harry ngaku rela nyerahin Anna, cewek yang dia cintai, ke pihak Rusia karena paspornya palsu.
Kejar-kejaran di Bawah Tanah
Setelah Holly melihat sendiri korban dari bisnis kotor Harry di rumah sakit anak-anak, dia sadar harus ambil sikap. Keputusan itu membawa kita ke adegan pengejaran di bawah tanah kota Vienna.
Jaringan selokan raksasa itu bukan sekadar latar, tapi metafora buat kebusukan yang tersembunyi di balik peradaban.
Dalam suasana sumpek dan gelap, baku tembak pecah. Sergeant Payne tewas, Calloway melukai Harry, dan di momen paling tragis, Holly yang harus menembakkan peluru terakhir ke sahabat lamanya—mengakhiri segalanya dengan cara paling getir.
Final Shot yang Nyesek
Film ditutup dengan adegan pemakaman Harry yang sebenarnya. Holly nunggu Anna di pinggir jalan, berharap ada secercah harapan buat mereka berdua.
Tapi kamera Carol Reed kasih kita long-take shot yang dingin: Anna jalan lurus, tanpa sedikit pun menoleh ke Holly, melewati dia begitu saja. Habis. Nggak ada rekonsiliasi, nggak ada pelukan.
Yang bikin menarik, awalnya penulis naskah Graham Greene dan produser David O. Selznick maunya happy ending, Martins dan Anna jalan bareng.
Tapi Carol Reed keukeuh pilih jalan pahit. Katanya, kalau langsung jadian setelah kematian Harry, rasanya malah sinis. Hasilnya?
Ending The Third Man justru jadi salah satu penutup paling legendaris: penuh pesimisme pasca-perang, kasih Holly hati yang hancur, dan biarin Anna tetap dengan martabatnya, meski harus berjalan sendirian.
Baca Juga, Yah! Kesimpulan The Good, the Bad and the Ugly (1966): Film Legendaris Wajib Tonton
Daftar Pemain The Third Man

Semua aktor ini bikin The Third Man jadi kaya warna. Dari dialog dingin sampai ekspresi penuh ketegangan, mereka sama-sama ngasih nyawa ke cerita.
Trio Utama yang Bawa Cerita Hidup
Pusat cerita The Third Man berdiri di atas bahu tiga karakter ini.
- Orson Welles hadir sebagai Harry Lime, sosok penuh pesona tapi berbahaya. Kehadirannya yang telat muncul di film justru bikin misterinya makin menggigit.
- Joseph Cotten jadi Holly Martins, penulis asal Amerika yang lugu tapi keras kepala, nekat mengungkap kebenaran sahabatnya.
- Alida Valli memerankan Anna Schmidt, perempuan tangguh dengan kesetiaan yang bikin hati penonton ikut tercabik.
Karakter Pendukung yang Ikut Menguatkan Misteri
Selain trio utama, ada barisan aktor yang memperkaya suasana Vienna dengan karakternya masing-masing.
- Trevor Howard sebagai Mayor Calloway, polisi militer Inggris yang realistis dan nggak segan mengungkap kebusukan Harry.
- Paul Hörbiger jadi Karl, dengan wajah ramah tapi tetap bikin curiga.
- Ernst Deutsch hadir sebagai Baron Kurtz, tipikal orang yang bikin penonton susah percaya.
- Erich Ponto jadi Dr. Winkel, dokter dengan aura yang bikin merinding.
- Siegfried Breuer sebagai Popescu, salah satu figur berbahaya di lingkaran Harry.
- Bernard Lee berperan sebagai Sgt. Paine, tangan kanan Calloway yang setia.
- Wilfrid Hyde-White memunculkan humor tipis lewat Crabbin, pemimpin grup sastra lokal.
- Hedwig Bleibtreu jadi landlady Anna yang sederhana tapi memorable.
Kenapa Harus Nonton The Third Man Sekarang?
The Third Man adalah potret gelap tentang persahabatan, pengkhianatan, dan kesepian di tengah kota yang porak-poranda pasca perang. Visualnya yang kuat, plot penuh intrik, dan ending pahit menjadikannya karya abadi yang masih relevan hingga hari ini.
Setiap detailnya—dari bayangan di dinding Vienna sampai musik yang haunting—bikin film ini susah dilupakan.
Kalau kamu, LemoList, lagi nyari tontonan klasik yang bisa bikin mikir sekaligus merinding, The Third Man adalah jawabannya. Yuk lanjut jelajahi dunia film dan musik bareng Lemo Blue, biar selalu update dengan karya legendaris lain yang penuh cerita seru!