he Boy and the Heron (2023)

The Boy and the Heron (2023): Film ini Diam-Diam Ngegas ke Hati

The Boy and the Heron jadi obrolan seru banget di dunia film, LemoList! Karya terbaru Hayao Miyazaki ini disebut-sebut sebagai film terakhirnya setelah ia sempat pensiun tahun 2013. 

Tapi, seperti biasa, Miyazaki tuh penuh kejutan—ada yang bilang ini cuma “last movie” versi terbaru, karena beliau sendiri masih semangat bikin film lagi. 

Judul aslinya, Kimi-tachi wa dô ikiru ka alias How Do You Live?, bikin kita langsung kebayang kalau film ini bukan cuma soal fantasi, tapi juga refleksi hidup: gimana caranya kita menghadapi duka, berdamai, dan terus melangkah.

Sinopsis The Boy and the Heron

Sinopsis The Boy and the Heron

Kalau kamu penasaran kenapa The Boy and the Heron begitu menyentuh hati, jawabannya ada di perjalanan Mahito Maki. Cerita ini soal duka, pilihan hidup, dan keberanian buat berdamai dengan kenyataan. 

Latar Cerita – Masa Perang dan Luka Batin

Film ini dimulai tiga tahun setelah Perang Dunia II meletus. Mahito kehilangan ibunya dalam kebakaran rumah sakit yang dia lihat dengan mata kepala sendiri. Sang ayah, seorang mekanik pesawat tempur, kemudian menikahi adik mendiang istrinya, Natsuko, yang sedang hamil. 

Keluarga ini pindah ke pedesaan demi keamanan, tapi Mahito nggak gampang beradaptasi. Rasa kehilangan bikin dia menjauh dari semua orang, sampai-sampai dia melukai kepalanya sendiri setelah ribut dengan anak-anak lokal.

Dunia Magis yang Penuh Teka-Teki

Di titik paling rapuh, Mahito bertemu dengan seekor bangau abu-abu aneh yang ternyata bisa berbicara. Dari situlah pintu menuju dunia lain terbuka. Dunia itu digambarkan seperti alam baka dengan makhluk unik: ada Warawara—roh kecil mirip gelembung yang siap lahir ke bumi—hingga kawanan parakeet raksasa pemakan manusia. 

Mahito juga belajar berempati, misalnya saat mendengarkan curahan hati seekor pelikan yang terpaksa memangsa Warawara demi bertahan hidup. Perlahan, hubungan Mahito dan sang Heron berubah dari curiga jadi persahabatan berkat kebaikan tulus Mahito.

Pertemuan dan Pilihan Terakhir

Perjalanan ini akhirnya mempertemukan Mahito dengan kakek buyutnya, pencipta dunia magis tersebut. Sang granduncle menawarkan tahta: Mahito bisa mewarisi dunia itu dan membangunnya kembali dengan batu-batu “murni”. 

Tapi Mahito menolak. Ia sadar dirinya masih punya sisi gelap—luka dan amarah yang nggak bisa dihapus begitu saja. 

Pilihannya jelas: kembali ke dunia nyata, meski penuh penderitaan, karena di sanalah masih ada cinta, pengampunan, dan harapan untuk tumbuh. Dan dari situ, lingkar cerita The Boy and the Heron pun menutup dengan manis.

Baca Juga, Yah! Grave of the Fireflies (1988) Film yang Nggak Boleh Di-rewatch!

Makna dan Pelajaran Hidup di Balik The Boy and the Heron

Makna dan Pelajaran Hidup di Balik The Boy and the Heron

Kalau sinopsisnya bikin kamu terhanyut, bagian ini lebih dalam lagi. The Boy and the Heron sejatinya ngajak kita mikir: “Gimana sih cara kita hidup?” Lewat perjalanan Mahito, banyak banget pesan kehidupan yang bisa kita bawa pulang. Yuk, kita bedah satu-satu.

1. Hidup Itu Nggak Perlu Sempurna

Granduncle menawarkan Mahito kesempatan bikin dunia baru yang indah dan bersih. Tapi Mahito sadar, nggak ada hidup yang sempurna. Lebih baik kembali ke dunia nyata, yang meski penuh luka, tetap memberi peluang buat sembuh dan tumbuh.

2. Damai Berawal dari Hati yang Bersih

Mahito menolak warisan dunia fantasi itu karena ia tahu hatinya masih menyimpan amarah. Pesannya jelas: damai sejati lahir dari dalam diri, bukan dari dunia buatan yang kelihatannya indah.

3. Sikap Kita Menentukan Takdir

Penderitaan nggak bisa dihindari, tapi pilihan kita menentukan arah hidup. Mahito kembali ke bumi dengan tekad menerima kenyataan dan membuka diri pada pertemanan serta kasih sayang. Dari situ, The Boy and the Heron ngajarin kalau nasib lebih banyak ditentukan sikap, bukan keadaan.

4. Keluarga Adalah Titik Awal Segalanya

Keputusan Mahito balik bukan karena dunia nyata lebih mudah, tapi karena keluarganya menunggu. Dia tahu cinta sejati dimulai dari orang terdekat. Film ini ngingetin kita: jangan lupakan rumah tempat kita pertama kali belajar kasih sayang.

5. Belajar Hidup Lebih Penting dari Sekadar Ilmu

Makna film The Boy and the Heron

Buku How Do You Live? yang ditinggalkan ibunya jadi kunci perubahan Mahito. Di sini, Miyazaki seolah bilang: pelajaran hidup—tentang bagaimana bersikap dan memilih—sama berharganya dengan pengetahuan akademis.

6. Kebaikan Tulus Bisa Ubah Orang

Meski sempat dikhianati, Mahito tetap menolong Heron. Dari situ hubungan mereka berubah, dari penuh curiga jadi saling percaya. Kebaikan tulus tanpa pamrih ternyata bisa bikin orang lain ikut berubah.

7. Belajar Empati dari Pelikan

Awalnya Mahito jijik melihat pelikan memangsa Warawara. Tapi setelah tahu alasan mereka—dibuang di dunia asing tanpa makanan—Mahito akhirnya paham. Kadang perilaku yang terlihat buruk muncul karena keadaan terpaksa. Pesannya: sebelum menghakimi orang lain, coba pahami dulu apa yang mereka alami.

Baca Juga, Yah! Whisper of the Heart (1995): Menemukan Passion Emang Butuh Waktu!

Refleksi Hidup dari The Boy and the Heron

The Boy and the Heron mengajak LemoList merenung soal cara kita menghadapi hidup. Mahito memilih kembali ke dunia nyata, menerima luka, belajar berempati, dan membuka hati pada kasih sayang. Film ini ngingetin kalau hidup itu penuh pilihan, dan kedewasaan muncul saat kita berani menghadapi kenyataan dengan hati yang jujur.

Pelajaran terbesar? Damai dan kebahagiaan sejati lahir dari hati yang bersih, sikap yang baik, dan keberanian untuk mencintai orang-orang di sekitar kita. Kalau kamu penasaran dengan insight lain seputar film dan musik yang bikin mikir, yuk terus eksplor lebih banyak cerita inspiratif di Lemo Blue, LemoList!