Erik Satie adalah komposer Prancis yang gaya musiknya hemat, cerdas, dan tidak konvensional, membuatnya tetap relevan hingga kini. Ia seorang musisi yang hidupnya penuh eksentrik tapi karyanya membentuk fondasi minimalisme dan avant-garde; itulah Satie.
Dari Gymnopédies hingga Gnossiennes, karyanya mengeksplorasi tonalitas, ruang, dan emosi dengan pengulangan yang menawan. Ia bahkan menjadi santo pelindung kelompok Les Six dan menginspirasi Sekolah Arcueil.
Musiknya memutus Romantisisme Prancis abad ke-19, berafiliasi dengan Dada dan Surealis, serta menghadirkan konsep avant-garde perpaduan seni dan kehidupan yang membuat setiap nada terasa tak lekang waktu.
Table of Contents
Biografi Singkat Erik Satie

Sebelum menyelami kejeniusan musiknya, mari kita kenali dulu siapa Erik Satie dan perjalanan awal hidupnya. Dari masa kecil hingga pendidikan formal, semuanya membentuk eksentrik dan inovator musik yang kita kenal.
Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil
Erik Satie lahir pada 17 Mei 1866 di Honfleur, Prancis, dari ibu Skotlandia, Jane Leslie Anton, dan ayah Prancis, Alfred Satie.
Honfleur menjadi tempat ia tumbuh, meski Skotlandia selalu terasa seperti rumah spiritualnya. Setelah kematian ibunya, Satie kembali ke Honfleur dan diperkenalkan pada musik gereja melalui organis Saint-Léonard.
Di usia 12, ia bergabung kembali dengan ayahnya di Paris, menandai awal perjalanan musik yang unik dan penuh eksentrik.
Baca Juga, Yah! Menguak Kejayaan Wolfgang Amadeus Mozart Symphony No 40
Pendidikan di Paris Conservatoire dan Tantangan Awal
Masuk Paris Conservatoire pada 1879, Erik Satie dikenal sebagai murid berbakat tapi malas. Tujuh tahun berikutnya penuh ujian dan kritik guru; ia bahkan sempat diberhentikan dua kali. Meski begitu, Satie menghasilkan karya besar awal seperti Gymnopédies.
Di usia 40, ia kembali ke sekolah musik dan lulus sebagai yang terbaik, menunjukkan bahwa bakatnya memang luar biasa meski jalannya tak biasa.
Awal Karier dan Kehidupan Romantis

Setelah memahami latar belakangnya, LemoList!, saatnya menilik karier awal Erik Satie dan sisi personalnya yang unik, mulai dari okultisme hingga kisah cinta singkat.
Keterlibatan dengan Gerakan Rosicrucian
Sekitar 1890, Satie bergabung dengan gerakan Rosicrucian, menjadi komposer-in-residence untuk Ordo Mistik Mawar dan Salib. Musiknya saat itu bebas, harmoninya mengalir seperti alam, memengaruhi komposer mistik seperti Olivier Messiaen.
Baca Juga, Yah! Franz Peter Schubert: Jenius Musik yang Tak Terlupakan
Église Métropolitaine d’Art de Jésus Conducteur: Sekte Aneh Satie
Setelah berselisih dengan pendiri ordo, Satie mendirikan sekte sendiri pada 1893, Église Métropolitaine d’Art de Jésus Conducteur, di mana ia satu-satunya anggota. Eksperimen ini menunjukkan sisi eksentrik Satie dan hubungannya antara musik dan ritual personal.
Kisah Cinta dengan Suzanne Valadon
Hubungan romantis tunggal Satie terjadi dengan pelukis Suzanne Valadon. Mereka saling melukis dan berlayar bersama, namun Valadon meninggalkannya saat Satie tengah menulis Vexations. Kesepian yang dialaminya tercermin dalam komposisi eksperimentalnya, memperkuat aura misterius Erik Satie.
Gaya Musik dan Inovasi
Sekarang LemoList!, mari kita lihat bagaimana Erik Satie menentang tradisi dan menciptakan gaya musik yang tetap relevan hingga kini.
Perpisahan dari Romantisisme Prancis
Musik Satie menandai pemutusan dengan Romantisisme Prancis, berlawanan dengan Debussy, dan terkait erat dengan Dada serta Surealis.
Ia menolak sentimentalitas, menciptakan karya dengan humor dan parodi seperti Trois morceaux en forme de poire dan Embryons Desséchés, menggabungkan estetika avant-garde dengan kehidupan sehari-hari.
Minimalisme, Repetisi, dan Pengaruh pada Musik Modern
Erik Satie membuka jalan bagi minimalisme musik klasik. Komposisi Gymnopédies dan Gnossiennes mengeksplorasi tonalitas, ruang, dan emosi, memengaruhi New York School (Cage, Feldman, Wolff) dan minimalisme Pantai Barat (Riley, Reich). Karya ekstrem Vexations menunjukkan obsesinya pada pengulangan, yang menjadi fondasi musik modern.
Konsep Furniture Music (musique d’ameublement)
Satie menciptakan furniture music, musik latar yang disengaja diabaikan audiens. Premier 1902 di galeri Paris memperkenalkan ide musik sebagai “wallpaper sonik,” merintis ambient, instalasi suara, dan musik latar modern. Balet Relâche menegaskan konsep ini lewat kolaborasi film Surealis.
Filosofi “Phonometrographer”
Satie menolak label komposer atau musisi, memilih istilah phonometrographer. Ia percaya karyanya “fonometris” dan musik biasa kalah variasi. Filosofi ini menegaskan bahwa eksperimen dan keunikan pribadi lebih penting daripada formalitas musik klasik.
Karya-Karya Terkenal dan Kolaborasi
Setelah mengenal latar belakang dan eksentriknya, sekarang kita lihat LemoList! bagaimana Erik Satie membentuk musiknya yang ikonik, dari piano hingga balet, yang memengaruhi generasi berikutnya.
Gymnopédies, Gnossiennes, dan Vexations
Erik Satie membuka jalan menuju minimalisme dalam musik klasik lewat komposisi piano seperti Gymnopédies (1888) dan Gnossiennes (1893).
Trois Gymnopédies menunjukkan kesederhanaan yang menenangkan, berbeda dari kompleksitas virtuosik masa itu, sedangkan Trois Gnossiennes tidak menggunakan garis birama atau tanda kunci, menegaskan keinginan Satie menyingkirkan kepura-puraan musik.
Karya ekstrem Vexations (1893) terdiri dari satu frasa bass dan akord yang harus diulang 840 kali, menantang kesabaran pemain. Hubungan romantis Satie dengan Suzanne Valadon berakhir saat menulis Vexations, memperkuat nuansa kesepian dalam karya tersebut.
Parade: Seni, Jazz, dan Skandal
Beranjak dari piano ke panggung, Erik Satie memadukan seni lintas disiplin dalam balet Parade (1917).
Bersama Jean Cocteau untuk libretto dan Pablo Picasso untuk set serta kostum, Satie menggunakan instrumen tak lazim seperti mesin tik, sirene, dan roda lotre, bahkan mengantisipasi jazz modern.
Premier Parade sempat memicu kerusuhan, membuat Satie dan timnya dipenjara 8 hari, namun kontroversi itu justru meningkatkan statusnya sebagai ikon avant-garde.
Trois morceaux en forme de poire dan Socrate
Satie gemar parodi. Dalam Trois morceaux en forme de poire (1903), ia membalas kritikus dengan tujuh bagian musik ironis, lengkap dengan judul lucu.
Di sisi serius, Socrate (1918) menampilkan empat sopran dan orkestra kamar berdasarkan dialog Plato. Lima Nocturnes (1919) menjadi karya piano serius terakhirnya, memperlihatkan kedalaman emosi tanpa kehilangan karakter khas Satie.
Relâche dan Eksperimen Surrealistik
Eksperimen Satie berlanjut lewat balet Relâche (1924) yang menampilkan film Surealis René Clair. Skor film Entr’acte atau Cinéma menegaskan konsep furniture music—musik latar yang sengaja tidak didengarkan—menjadi akar musik ambient modern, instalasi suara, dan musik lobi.
Eksentrik dan Persona Satie

Nah LemoList!, selain musik, eksentrisitas Erik Satie sendiri adalah bagian dari seni hidupnya. Ini yang bikin dia tetap dikenang tak hanya karena karyanya, tapi juga kepribadiannya yang unik.
Kehidupan Sehari-hari yang Aneh
Setelah 1898, Satie hidup sendiri di Arcueil, Paris. Ia menolak tamu, berjalan kaki bermil-mil ke pertunjukan, dan selalu membawa palu untuk “perlindungan.” Apartemennya ditemukan setelah kematian penuh 100 payung dan kekacauan lain, menunjukkan cara hidupnya yang aneh tapi konsisten.
Diet, Rutinitas, dan Penampilan Unik
Satie punya diet ekstrem: makanan berwarna putih seperti telur, keju, dan salad kapas. Rutinitas hariannya tercatat detil, dari bangun pukul 07:18, jadwal inspirasi, makan singkat, hingga pembacaan simfonik malam hari.
Ia tidur dengan satu mata tertutup, selalu memeriksa suhu tubuh, dan tampil serba putih dengan topi, kaus kaki, dan rompi, menambah aura eksentriknya.
Warisan dan Pengaruh pada Generasi Komposer Mendatang
Warisan Erik Satie besar banget. Ia menandai perpisahan dari Romantisisme Prancis dan terkait erat dengan Dada serta Surealis.
Karyanya memengaruhi minimalisme, New York School, dan jazz awal hingga pop kontemporer. Konsep furniture music menjadi cikal bakal ambient dan musik instalasi modern.
Satie dikagumi oleh Darius Milhaud, Maurice Ravel, dan Claude Debussy. Meskipun ia menolak label komposer, menyebut dirinya “fonometrografer,” pengaruhnya pada musik abad ke-20 tetap abadi.
Mengapa Erik Satie Masih Relevan
LemoList!, setelah menyelami perjalanan hidup Erik Satie, jelas terlihat bahwa ia lebih dari sekadar komposer. Kehidupan pribadi yang eksentrik—dari diet putih hingga rutinitas superdetil—menjadi bagian dari identitas artistiknya yang tak terlupakan.
Pengaruh Erik Satie tetap terasa hingga sekarang. Konsep furniture music menjadi cikal bakal musik ambient modern, sedangkan eksperimen harmoninya memengaruhi generasi komposer seperti John Cage dan Steve Reich.
Persona avant-garde-nya menginspirasi gerakan Dada dan Surealis, membuktikan bahwa seni bisa hidup dalam perilaku sehari-hari.
Jika kamu penasaran dengan lebih banyak kisah inspiratif dan unik seputar musik dan film, LemoList! bisa terus mengeksplor lebih banyak di Lemo Blue – Berita Musik dan Film!