Gowok: Javanese Kamasutra menghadirkan drama sejarah Indonesia yang memikat dengan balutan budaya, sensualitas, dan tragedi. Kisahnya berlangsung lima dekade, mulai dari 1950-an hingga 1965, di mana tradisi gowok menjadi jantung cerita.
Film ini disutradarai Hanung Bramantyo dan memadukan drama, romance, thriller, serta nuansa erotik yang khas budaya Jawa.
Ratri, sang tokoh utama, dibentuk oleh guru gowok legendaris untuk menguasai ilmu cinta dan rumah tangga, namun perjalanan hidupnya dipenuhi pengkhianatan dan balas dendam.
Dengan durasi 130 menit (uncut 21+) dan rilis di Indonesia pada Juni 2025, film ini siap menyajikan pengalaman sinematik yang tak terlupakan.
Table of Contents
Sinopsis Gowok: Javanese Kamasutra

Film ini menyoroti tradisi gowok, perempuan yang mengajarkan pemuda tentang rumah tangga, seksualitas, dan harmoni pernikahan, berakar dari teks klasik Serat Centhini.
Ratri muda (Alika Jantinia) diasuh oleh Nyai Santi (Lola Amaria), gowok legendaris yang membimbingnya menguasai ilmu cinta dan rumah tangga. Hidup Ratri berubah saat ia jatuh cinta pada Kamanjaya muda (Devano Danendra), lelaki tampan dari keluarga aristokrat.
Janji pernikahan mereka kandas karena perbedaan status dan kekhawatiran Nyai Santi. Kamanjaya menikah dengan perempuan bangsawan, meninggalkan Ratri hancur dan dipenuhi rasa sakit hati.
Dua dekade kemudian, Ratri dewasa (Raihaanun) menjadi Nyai Ratri. Kamanjaya dewasa (Reza Rahadian) kembali, kini sebagai ayah Bagas Dewangga (Ali Fikry), yang akan menjalani pelatihan gowok sebelum menikah.
Ratri ditugaskan sebagai tutor Bagas. Bagas tak menyadari masa lalu tragis ini dan mulai jatuh hati pada Ratri. Momen ini dimanfaatkan Ratri untuk mengeksekusi balas dendamnya dengan metode ajar yang tak biasa, memicu kemarahan keluarga Bagas.
Ending Gowok: Javanese Kamasutra (Spoiler)

Siap-siap terhanyut di klimaks penuh tragedi Gowok: Javanese Kamasutra. Semua konflik dan rahasia selama lima dekade akhirnya terungkap, membawa cerita ke puncak ketegangan yang menegangkan.
Terungkapnya Kesalahpahaman
Ratri dan Kamanjaya bertemu kembali, menyibak misteri perpisahan mereka. Kamanjaya bersikeras tidak meninggalkan Ratri dan selalu mengirim surat.
Ratri menyelidiki dan menemukan bahwa surat-surat itu disita Nyai Santi, mentor sendiri, yang yakin Kamanjaya tak akan menepati janjinya. Pengkhianatan ini membuka luka lama dan memicu konfrontasi emosional.
Klimaks dan Akhir Tragis
Balas dendam dan dendam yang tertahan memuncak dalam setengah jam terakhir penuh darah dan kejadian supranatural.
Kekacauan menyapu semua pihak, meninggalkan satu-satunya tokoh yang selamat untuk menceritakan tragedi lima dekade itu dalam epilog tahun 1985.
Baca Juga, Yah! Gayong (2025): Pendekar Sejati yang Lawan Penjajahan dan Ego
Review Gowok: Javanese Kamasutra – Worth It atau Skip?

LemoList!, setelah menyelami perjalanan lima dekade Gowok: Javanese Kamasutra, wajar kalau reviewnya campur aduk. Film ini dipuji karena kualitas visual dan akting yang kuat, tapi beberapa kritik muncul soal alur cerita yang kurang konsisten. Mari kita lihat lebih detail.
Alasan Menonton (Worth It)
Visualnya memukau, menampilkan set 1950-an dan 1960-an yang mewah dan sinematografi seperti lukisan hidup, sementara akting para pemain utama benar-benar menyelamatkan narasi.
Lola Amaria menghadirkan Nyai Santi yang berwibawa dan kompleks, Raihaanun mengekspresikan emosi Ratri dewasa dengan mendalam, dan chemistry antara Alika Jantinia serta Devano Danendra terasa natural.
Film ini juga membawa kedalaman tema lewat tradisi gowok, menyinggung harmoni seksual ala Serat Centhini dan isu pemberdayaan perempuan, dengan adegan intim yang fokus pada emosi bukan sekadar sensasi. Versi uncut 21+ menambah pengalaman dramatis, romansa, thriller, dan sejarah dalam satu paket yang padat.
Kritik & Kekurangan
Namun, Gowok: Javanese Kamasutra bukan tanpa cela. Cerita kadang terasa terlalu ambisius sehingga alurnya kurang konsisten, dan perpindahan genre dari romance ke tragedi, sejarah, dan thriller membuat beberapa konflik terasa dipaksakan.
Beberapa kritikus bahkan menilai film ini mengadaptasi tradisi Jawa menjadi sensasi ala Barat, terutama dalam menampilkan cinta premarital dan adegan intim yang tidak sesuai adat 1950-an.
Kalau Menurut Lemo Blue Sih…
Kalau menurut Lemo Blue sih, film ini layak ditonton kalau kamu menikmati visual epik, akting kuat, dan nuansa budaya Jawa yang jarang diangkat.
Fokus pada emosi, konflik, dan drama pribadi karakter membuatnya tetap menarik, meski alurnya tidak mulus. Nikmati perjalanan lima dekade ini sebagai pengalaman sinematik penuh warna dan intens.
Baca Juga, Yah! Jalan Pulang (2025): Lebih Seram Nggak ada Ibu Daripada Ketemu Hantu
Daftar Pemeran Gowok: Javanese Kamasutra
Film ini hadir dengan jajaran pemain kuat yang memerankan versi muda dan dewasa tokoh-tokohnya, bikin ceritanya terasa hidup dan emosional:
- Raihaanun sebagai Ratri Sujita (dewasa) / Nyai Ratri
- Lola Amaria sebagai Nyai Santi
- Reza Rahadian sebagai Kamanjaya (dewasa) / Denmas Kamanjaya
- Devano Danendra sebagai Kamanjaya (muda)
- Alika Jantinia sebagai Ratri (muda) / Young Ratri Sujita
- Ali Fikry sebagai Bagas Dewangga (putra Kamanjaya)
- Nayla Purnama sebagai Sri
- Djenar Maesa Ayu sebagai Rahayu
- Slamet Rahardjo sebagai KGB Haryo
- Donny Damara sebagai Harjolukito
- Aldy Bisl sebagai Liyan
Gowok: Javanese Kamasutra berhasil menghadirkan drama sejarah Jawa yang memikat, dipenuhi intrik, cinta, dan balas dendam yang berlangsung lima dekade.
Visual menawan, akting para pemain utama yang kuat, dan penggambaran tradisi gowok membuat film ini layak disaksikan, apalagi bagi kamu yang suka cerita dengan nuansa budaya dan emosional yang mendalam.
Kalau kamu penasaran dengan lebih banyak cerita seru dari dunia film dan series, jangan lupa terus eksplorasi berita film terbaru di Lemo Blue! Dengan begitu, setiap minggu kamu bisa tetap update dan tidak ketinggalan rekomendasi tontonan menarik lainnya.